Lihat ke Halaman Asli

Nadim AlLande

Study Sosiology

Politik BazerRp, Kekuasan, dan Dunia Simulakra

Diperbarui: 14 Mei 2020   00:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mahasiswa Sosiology. Sekolah Tinggi ilmu sosial dan politik Raja Haji -Tanjungpinang


Pernah baca novel animal farm karya George Orwel ? bila belum, sedikit penulis ceritakan dalam novel setire yang diterjemahkan oleh Mahbub Junaidi kedalam bahasa indonesia berjudul "Binatangisme", novel ini menceritakan sekelompok hewan yang melakukan pemberontakan akibat merasa teraniaya ulah manusia. Singkat cerita , pemberontkan tersebut dipimpin oleh seorang babi, yang perlahan juga dikhianati oleh temanya yang kebetulan si babi juga yang bernama Napoleon. Babi Napoleon mengunakan kekuasaanya dengan semena-mena. Menebarkan propaganda dan menciptakan diktator totaliterisme, anjing-anjing yang dipeliharanya melindungi dengan segenap dan memberi ketakutan pada semua binatang, yang apabila berani melawan atau membangkang terhadap babi Napoleon maka iya akan di hukum atau di bunuh. Salah satu yang menarik dalam kepemimpinan babi napoleon, iyaa mengunakan suruhan babi bernama Squeeler sebagai agen manipulativ untuk berusaha menenangkan dan meluruskan apa bila tejadi isu-isu negative ditengah masyrakat, iya jubir yang handal bahkan tak ada yang berani mengkritik babi napoleon. bahakan tiap penyimpangan yang dilakukan oleh kepemimpinan Babi Napoleon sangat mudah ditanganinya.  

Dalam kisah tersebut, apa hubungannya para bazerRP dalam kisah tersebut dan dalam penulis kali ini? Fenomena buzeerRP dalam Ruang publik kian hari kian ramai juga kian hari kian berbahaya. Apologia yang tidak bertangung jawab hingga penyebaran kabar bohong atau Hoax, hal ini menjadi bumerang sebagian para aktivis sosmed yang dinilai mengancam ruang-ruang demokrasi di tanah air.

Babi Squeeler atau bazerRP ini, sangat piawai dalam membendung suara-suara kritis oposisi yang selalu menjadi pengawas dalam demokrasi. Dalam demokrasi kritisme sangat dibutuhkan bahkan sangat diperlukan ditengah krisis oposisi. Demokrasi tanpa oposisi/kritisme adalah diktator, kesuburan demokrasi dalam bayang-bayang ancaman. apalagi partai yang dulunya sangat gentol mengkritik dan menjadi oposisi kini sudah tejerembab masuk kedalam kekuasaan. Tak heran masyrakat yang sadar dan sayang terhadap Negara turut hadir  mengisi celah-celah demokrasi menjadi lawan kekuasaan (oposisi) yang menyimpang dari cita-cita para pendiri terdahulu. Kemulian tersebut justru disikapi dengan tindakan refresif, bahkan banyak pula suara-suara kritis dari para aktivisme yang berujung dipenjara,  seperti yang baru-baru ini terjadi akunmedia menjadi sasaran retasan oleh orang-orang yang tidak bertangung jawab. (tabik buat semua para aktivisme)

Kemunculan buzzerRP sebagai babi Squeeler yang memecah suara kritisme publik tidak terlepas dari motif sosial-ekonomi dan politik. Seperti dilansir dalam media(09/10/2019) Keberadaan Buzeer di Indonesia terekam dalam riset Universitas Oxford yang bertajuk The Global Disinformation Order: 2019 Global Inventory of Organised Social Media Manipulation. Dari kajian Oxford, 87% negara menggunakan akun manusia, 80% akun bot, 11% akun cyborg, dan 7% menggunakan akun yang diretas. Secara umum, pasukan siber Indonesia menggunakan akun bot dan yang dikelola manusia. Mereka membanjiri media sosial dengan tujuan menyebarkan propaganda pro pemerintah atau partai politik, menyerang kampanye, mengalihkan isu penting, polarisasi, dan menekan pihak yang berseberangan.

Kekuasaan
Fenomena bazerRP tidak terlepas dari peran sosial maya-nya dengan akun-akun anonym(tanpa identitas jelas) dan juga penguna akun media asli. Era maya dalam Moderenitas kini menciptakan new world order (tatanan dunia baru) yang tidak terbendung, sangat radikal dan revolusi. Hal ini tentu menimbulkan dampak pengaruh baik positf dan negative.

Untuk pengunan internet sendiri, berdasarkan laporan Digital 2020 yang dilansir We are Social dan Hootsuite. Indonesia berada di peringkat ke tiga dunia dengan pertumbuhan populasi yang mengakses internet sebesar 17 persen dalam satu tahun terakhir. Angka ini sama dengan 25,3 juta pengakses internet baru dalam setahun. Pertumbuhan populasi pengakses internet Indonesia ini hanya kalah dari Cina dan India. India menempati peringkat pertama dengan 127 juta pengakses internet baru dalam satu tahun. Sementara Cina berada di peringkat kedua dengan 25,4 juta pengakses internet baru dalam setahun terakhir. Sedangkan prilaku berinternet orang Indonesia pula, hampir 8 jam dalam sehari. Dibandingkan dengan negara-negara lain, Indonesia menempati peringkat delapan dunia dengan waktu akses terlama. Di peringkat pertama adalah Filipina yakni selama 9 jam 45 menit. Sementara rata-rata dunia "hanya" 6 jam 43 menit. Untuk pengunan media sosial di Indonesia berusia 16 hingga 64 tahun, persentase pengunaan yan g mengaskses Youtube mencapai 88%. Media sosial yang paling sering diakses selanjutnya adalah Whatsapp sebesar 84%, Facebook sebesar 82%, dan Instagram 79%. Total pengguna aktif sosial media sebanyak 160 juta atau 59% dari total penduduk Indonesia. 99% pengguna media sosial berselancar melalui ponsel. (teknoia.com,2020)

Di abad modern, fenomena dunia maya membentuk sesuatu kehidupan baru tentu bisa jadi positif juga bisa jadi banyak negative. Hal itu diyakini para ideology posmo semacam ada bentuk-bentuk kekuasaan tertentu yang mengendalikan dunia dengan berbagai kompleksitas. (Nanang, 2016). Tak jarang sebagai Negara dunia ketiga Indonesia hanya jadi korban pasar bagi kekuatan globalisasi kapitalis, sebagaimanah uraian data diatas. menurut Dawam Rahrjo "Negara itu berfungsi sebagai tukang pembersih WC yang diberakin ekonomi kapitalis". Tak heran data diatas menjadi salah satu rujukan sekaligus mengingatkan. Namun dalam hal ini penulis tidak akan membedah lebih dalam mengenai globalisasi kapitalis. Pertanyaan mendasar yakni apa yang menjadi keterkaitan BuzzerRP terhadap kekuasaan?

Hadirnya media sosial, seperti Twitter, tentu tidak luput dari berbagai istilah yang kemudian muncul di media sosial seperti netizen, followers, influencer, hingga buzzer. Buzzer berasal dari Bahasa Inggris yang berarti lonceng, bel, atau alarm sedangkan dalam Oxford Dictionaries, buzzer diartikan sebagai 'An electrical device that makes a buzzing noise and is used for signalling' yakni perangkat elektronik yang digunakan untuk membunyikan dengungan guna menyebarkan sinyal atau tanda tertentu. (Felicia&Riris, 2018). 

Buzzer pada awalnya digunakan untuk mempromosikan suatu produk tertentu dengan atau tanpa imbalan tertentu. Namun, sejak tahun 2014, ketika pemilihan umum (pemilu) dilangsungkan di Indonesia, jasa buzzer mulai dilirik oleh aktoraktor politik. Dilansir dari Kumparan.com, profesi buzzer memiliki dua kategori yakni, buzzer yang dilakukan secara sukarela dan buzzer sesuai permintaan. Biasanya buzzer sesuai permintaan ini dilirik oleh para aktor politik seperti untuk memenangkan pilkada, pileg, hingga pilpres (KumparanNews, 2018).

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline