Lihat ke Halaman Asli

Nadim AlLande

Study Sosiology

Cerpen #1 | Dalam Bayang-bayang Si Gingsul...

Diperbarui: 29 April 2020   14:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

funnydog.tv


"Mula-mula sebuah Agama itu diciptakan oleh Manusia, namun manusia tidak menyadari yang bahwasanya merekalah yang menciptakan dan mengkonstruksi  Agama itu sendiri".

Sepengal kalimat tulisan yang sedang iya baca dalam buku aneh yang sudah lusuh tak bersampul dan tak tau pula sipakah gerangan penulis dari buku aneh tersebut(penasaran).

Sejenak iya pun berhenti membaca , merenung dan otaknya terus berpikir keras pada sepengal kalimat yang ada didalam buku tersebut. Sembari berpikir, hati pun ngupat dan beteriak dalam diri sintingggggggg ....

"Keimanan buta bagi pemeluk agama, berbahaya bagi lingkungan di sekitar. Mereka bukan lagi terjebak pada harapan-harapan semu, juga tergelincir jatuh dalam ketidak rasionalan. Sikap mereka sungguh bertentangan pada kodrat manusia. pada hal mereka tau, akal sebagai pembeda dari mahluk lainya".

seketika pikirannya seperti berputar kencang, siyalnya tak tau kapan akan berhenti. Bahkan sembari berpikir, hati mulai ngupat. "ahk buku ini benar-benar sinting, lebih baik sejenak aku berhenti membaca buku ini".

Sreeettt ... sreeetttt ...

Satu paragraf kalimat tadi, yang telah iya baca. Lalu, iya tandai dengan pena. Barangkali Siapa tau kalimat ini berguna nantinya untuk dijadikan refrensi dalam tiap tulisan, pikir-nya.

Keesokan hari, pukul 08.30 seperti biasa rutinitas sebagai mahasiswa harus bangun pagi-pagi sesuai jadwal perkuliahan. Terlambat karna begadang, bukan Sayak itu namanya.

Ouh yaa, Nama Sayak itu adalah pemberian nama yang dicetuskan oleh bapak siyalnya itu. Entah apa artinya nama Sayak pun tak iya tahu. Bagi orang-orang, nama anak sangatlah penting. Konon katanya pemberian nama anak adalah Do'a, bagi sang pemberi nama. Bagi si Sayak sangat lah tidak penting sebuah nama, apalah artinya sebuah nama yang hanyaa namaaaa!

Pekiran-nya benar, terlambat sudah melekat jadi budaya. Bukan karna tidak disiplin, ritualnya dimalam hari yang sudah menjadi budaya, baginya membaca dimalam hari justru lebih asyik dan kaya wawasan, ketimbang jadi pendengar yang baik dan duduk manis dimeja kelas.

Kampus baginya kini bukan lagi tempat yang ideal sebgai wadah "intelektual ekssize", kian hari kampus menjelma sebagai kandang kambing dan dosen sebagai pengembala yang menjejal semaunya, dengan teori-teori yang memabukkan, melangit dan sayup tak tekejar oleh mahasiswa. Anehnya jika mengkritik atau barangkali menyangkal kekeliruan dosen, mahasiswa akan dianggap pembangkang dan nilai jadi taruhanya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline