Judul diatas jangan kita lihat sebatas tagline kampanye dalam menghadapi Pilgub Maluku, tapi sesungguhnya kalimat tersebut adalah representasi dari ketidakpuasan, kekecewaan atau bahkan bentuk dari sebuah kekhawatiran apabila kita harus melewati 5 tahun kedepan dalam kondisi yang sama seperti 5 tahun sebelumnya.
Apakah angka kemiskinan, angka pengangguran serta angka minimnya nilai investasi di Maluku adalah sesuatu yang harus kita pertanyakan kembali, tentu saja tidak hal ini bisa kita jumpai dimana saja diwilayah Provinsi Maluku, Lalu ketika semua hal itu benar adanya, maka kita harus bertanya kembali bahwa semua ini sebenarnya adalah tanggung jawab siapa? Pemerintah Provinsi atau Pemerintah Kab/Kota? Janganlah kita membuat hal ini seperti sebuah lelucon.
Yang miskin itu Provinsi Maluku, yang banyak pengangguran itu Provinsi Maluku yang minim nilai investasinya itu Provinsi Maluku, mengapa kita masih harus mencari kambing hitam lagi bukankah sekarang musim pilkada bukan musim lebaran qurban, kenapa harus kambing hitam yang kita cari. Dari hal demikian saja kita sudah bisa menilai bahwa kepemimpinan di Maluku saat ini tidak peka dalam menyadari kemiskinan yang dialami daerah, dan mungkin hal ini juga yang menyebabkan pemerintah provinsi belum optimal dalam upaya membenahi berbagai kekurangan sesuai dengan kondisi riil yang berkembang.
Kata-kata biar miskin asal bahagia ini sebenarnya tidak layak keluar dari mulut seorang gubernur, dalam sebuah keluarga saja Orang tua tidak akan meninabobokan anak-anaknya dengan nasihat biar miskin asal bahagia, karena sebagai orang tua kita pasti memahami bahwa kemiskinan bukanlah suatu hal yang baik karena akan berpengaruh bahkan memberi dampak langsung pada berbagai sisi kehidupan dalam sebuah keluarga, jadi kalimat biar miskin asal bahagia itu tidak bisa dipakai dalam konteks kehidupan dalam menghadapi masa depan apalagi dalam konteks membangun sebuah daerah.
Harapan untuk memiliki pemimpin baru adalah sebuah pilihan yang rasional, karena setiap masyarakat mengharapkan adanya perbaikan dalam kehidupan mereka kedepan nantinya. Melalui kepemimpinan Maluku yang baru, menurut mereka akan ada harapan baru pula yang bisa mereka dapatkan, sehingga saat ini kata-kata Maluku baru, Pemimpin Baru dan Harapan Baru bukan lagi sekedar tagline kampanye, tapi lebih tepatnya adalah sebuah kalimat yang mewakili kerinduan hati masyarakat akan hadirnya sebuah perubahan di Maluku, dengan menjadikan Pilgub Maluku 2018 sebagai jembatan emas menuju perubahan yang mereka nantikan selama ini.
HM 6/4/2018
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H