Lihat ke Halaman Asli

Handy Pranowo

TERVERIFIKASI

Love for All Hatred for None

Setelah Menanti Sepi

Diperbarui: 7 Juli 2024   23:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Waktu kian meranggas di musim hujan yang tak pernah tuntas. Jalan-jalan basah, diguyur resah demikian pula ranting dan dedaunan pada halaman depan rumah.

Aku duduk sendiri di muka rumah memandang ke arah matahari yang jatuh. Sekedar menantimu dari waktu ke waktu kapan lagi kau hadir dan mengecup rinduku.

Semakin kurus tubuhku semakin nampak bentuk tulang di pipiku. Ada yang bilang aku telah menjadi patung. Setelah puluhan tahun duduk membisu hingga semua orang penasaran dan menjengukku.

Mereka bertanya keheran-heranan kenapa yang telah pergi terus-terusan ditunggu, toh ia telah dikubur. 

"Pergi sana cari wanita lain kalau susah offline cari saja yang online, kan banyak yang sexi dan menantang".

Aku tetap diam tak bergeming dalam penantian yang teramat panjang. Mereka tak tahu bagaimana cintanya telah membunuhku sejak pertama kali kenal. Matanya yang sejuk itu telah membasuh jiwaku yang haus rindu.

Dan ia tak pernah tergantikan oleh siapapun selain kesepian yang nanti akan menjemput ajalku.

Handy Pranowo 

7 Juli 2024




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline