Bila ada orang yang bertanya kepada Latif kenapa ia tidak sekolah.
Latif selalu menjawab, "Sekolah libur. Guru-guru mengantuk di kelas".
Kemudian senyumnya yang lebar membuncah.
Matanya mendelik seperti mengingat apakah ia pernah benar-benar sekolah.
Sebenarnya ia ingat satu hal tentang sekolah. Upacara bendera dan lagu Indonesia Raya.
Selebihnya samar-samar. Itu artinya bisa jadi Latif pernah sekolah bisa jadi tidak.
Orang tuanya tak pernah berani mengantarkan ia ke sekolah seperti orang tua yang lainnya sebab ada biaya
yang belum tuntas dibayarkan. Sementara di sekolah Latif selalu jadi bahan tertawaan.
Baju seragamnya yang kebesaran dan sepatunya yang longgar jadi ejekan kawan-kawan.
Latif tak pernah menangis. Tak juga mengadu atau melawan.
Tubuhnya yang penyakitan itu memang dirancang tahan banting segala cacian.