Lihat ke Halaman Asli

Handy Pranowo

TERVERIFIKASI

Love for All Hatred for None

Kucing Hitam

Diperbarui: 2 Januari 2024   15:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Kucing hitam itu datang setiap tengah malam.

Duduk di sisi jalan sepi dan lengang. 

Tidak mengeong sebab mulutnya di bungkam.

Mata kanannya buta, kakinya pincang.

Bau badannya amis seperti bangkai ikan di comberan tercium hingga depan jendela rumahmu yang kusam.

Terbawa ke dalam mimpimu. Bukankah akhir-akhir ini kehidupan terus mencekam membuatmu terus mengigau.

Kucing hitam itu pernah mengetuk pintu rumahmu. Di tendangnya ia di singkirkan melulu 

sebab bagai pengemis bagai rakyat papa tak tahu malu.

Kucing hitam membelah malam. Membelah ujung-ujung kabut di persimpangan.

Baliho-baliho demokrasi mencibir, foto-foto calon legislatif tersenyum sinis menatap jalannya yang pincang.

Kucing hitam kucing manis mencari tempat tidur sampailah ia di bawah meja para penjudi di lingkarkan tubuhnya melepas lelah sebab di pelataran rumah ibadah ia di usir. Najis kilah seseorang yang katanya beragama.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline