Lihat ke Halaman Asli

Handy Pranowo

TERVERIFIKASI

Love for All Hatred for None

Hantu Perempuan

Diperbarui: 3 September 2023   19:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Mereka yang melihatku melayang serupa layang setelah malam meninggi kerap kali berkata sial dangkalan.

Padahal telah mereka tebang rumah singgahku pohon beringin yang lahir dan besar di tengah kuburan. 

Tempat para lelaki sinting mengadu untung menebar saji dan kemenyan. Demi mabuk dan selangkangan perempuan.

Sebetulnya aku tak hendak menggangu dengan tertawa melengking seperti yang pernah di dengar oleh lelaki peronda saat mengetuk tiang listrik di jam satu dini hari.

Hanya saja saat kerongkonganku terjerat tali di pokok halaman belakang dan menggantung meninggi. 

Sepasang gagak menatapku dengan sedih lalu mengajariku bernyanyi. Nyanyian penghilang nyeri dan lara hati. Sebab di khianati kekasih.

Sejak hari sial itu setiap orang bergunjing di setiap sudut gang, di teras rumah. Bulu kuduk mereka bergidik gelisah. Di kala malam datang pintu dan jendela rumah tertutup lebih awal.

Itu perempuan arwahnya penasaran menggantung tak tenang menunggu di maafkan kata seorang lelaki tua berjanggut panjang berkopiah hitam.

Handy Pranowo

03-September-2023

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline