Sayang, bantuin aku dong menulis puisi di hari ulang tahunnya.
Selama ini kan aku sering menulis puisi untukmu dan puisi seringkali bantuin aku.
Toh kamu sendiri yang bilang kalau satu sama lain harus saling membantu.
Paling tidak kamu beri aku judul yang manis deh agar puisi tahu dari mana rasa itu muncul. Lidah atau dengkul.
Tapi setelah aku pikir-pikir berapa sih umurnya puisi itu kok aku jadi gamang.
Aku takut salah hitung, jangan-jangan puisi memang tak mempunyai umur.
Jangan-jangan ia memang tak pernah di lahirkan, manusia saja yang kurang kerjaan memperingati dirinya. Dasar edan.
Atau jangan-jangan puisi sudah lama mati terus bangkit lalu berubah menjadi hantu.
Tetapi kalau ia berubah menjadi hantu, apa mesti juga di rayakan ulang tahunnya.
Bukankah yang sudah mati tidak lagi mempunyai umur dan tak pantas di peringati hari lahirnya.