Lihat ke Halaman Asli

Handy Pranowo

TERVERIFIKASI

Love for All Hatred for None

Memori Kanal Banjir Timur

Diperbarui: 7 Maret 2022   15:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

kompas.com/Agus Susanto

Kita pernah berjumpa di sini, di jalan inspeksi kanal selagi senja berpamitan pulang dan jejeran lampu mekar berkilau.

Segenap pedagang kopi, penjaja makanan serta penyanyi dangdut keliling dengan speakernya yang bising semarak memeriahkan suasana seakan semua saling berjamahan.

Air kali mengalir nampak tenang di permukaan sinar lampu genit bergoyang-goyang dan kelelawar-kelelawar melintas di antara kanal.

Di dalam keremangan antara bayangan pohon dan rembulan dirimu yang baru saja aku kenal ku buat pasrah sambil duduk di selembar tikar kita berpeluk mesra.

Kataku kamu cantik, alismu menyatu bagai sodetan kali yang lurus menawan, tubuhmu nampak bercahaya dari gelora asmara yang datang tiba-tiba.

Bibirmu bening bagai tepian kali dengan air yang jernih seakan mengajak aku untuk menyelami hingga basah dan menggigil.

Dan aroma tubuhmu tercium bagai rerumputan yang baru saja di sabit, hijau menyegarkan.

Maka ku dekap engkau dalam keremangan dan katamu ini sebuah pengalaman lalu janji-janji bertebaran di bawa angin jatuh ke kanal.

Mengalirlah, mengalirlah ke lautan yang dalam.

Kita masih muda, darah kita tengah mengalir ke arah-arah yang tidak terduga toh inilah masa remaja.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline