Pukul enam pagi waktu negeri kincir angin.
Kapalku dengan tenang memasuki kanal menuju dermaga kotamu.
Dua ekor angsa putih seperti menyambut kedatangan kapal yang megah ini, lembut dan khusyuk.
Aku menunggu sebuah perjumpaan, riang dan senyum di tengah dingin yang bening.
Seandainya saja engkau bisa memeluk hatiku yang beku dengan senang hati ku terima penuh haru.
Ku bayangkan tubuhmu hangat bagai terumbu karang di kedalaman laut.
Dan masih tersimpan wangi parfummu di dalam paru-paru seketika ia tumbuh menjadi benih rindu.
Rambutmu pirang seperti warna fajar menyembul di langit, menyentuh kalbu.
Sonya, apakah kau akan datang menyambutku di Rotterdam bersama bunga-bunga Tulip berwarna ungu.