Aku bisa apa bila puisi ini tidak sampai kepadamu sedang ia tak punya mata, tak punya kaki, ia hanya punya rindu.
Sedang aku mencintaimu dalam sunyi, dalam kepedihan dan perih.
Bagai gerimis yang berlari-lari menyambut daun-daun kering yang jatuh ke bumi.
Maka ijinkanlah aku mengembara ke dalam sukmamu menasbihkan cinta, menyematkan rindu.
Hingga tetes air mata mengalir menjadi lembaran-lembaran angin yang menerbangkan segala ragu.
Dengarkanlah wahai kekasih, seperti itulah cintaku, tak manis tak juga biru.
Handy Pranowo
08022022