Aku bukan bayangan dirimu yang nampak oleh sorot lampu.
Bukan pula cermin yang menampakkan wajahmu yang lain di atas panggung.
Aku semacam tata rias penuh warna namun tidak melekat di wajahmu melainkan di bagian lain yang teramat intim.
Aku adalah gerakanmu meski samar, menciptakan harmoni dan senyuman yang asing selagi kau bernyanyi.
Di kehampaan hatiku tersembunyi nada-nada ketukan menari seperti ciuman terakhir untuk perasaan yang getir.
Bisa saja aku menghilang, membiarkanmu sendirian dengan sorak sorai penonton dan riuh tepuk tangan.
Tetapi aku mencoba bahagia untuk tetap di belakang, di samping, di depan dan dengan senyuman yang seolah-olah menyenangkan.
Meski akhirnya ku sadar keberadaanku begitu berkesan untuk sebuah acara panggung yang besar. Di akhir pekan.
Aku telah berlatih sekurang-kurangnya satu kali dua puluh empat jam.