Memasuki pintu kuburan aku baca mantra yang telah lelaki itu ajarkan .
"Dut surudut bocah tengik baris di depan".
" Dut ular kadut numpang-numpang mau jalan".
Kuburan sepi dan lengang tak terdengar sebuah percakapan.
Selain suara angin beradu kencang dengan teriakan anjing di seberang jalan.
Pohon-pohon besar bentuknya bagai arwah gentayangan, hitam dan kekar.
Kulit bulan mengelupas cahayanya jatuh berterbangan menyebar ke segala arah.
Menerangi batu-batu nisan yang gompal, di kejauhan sepasang mata muncul dari semak-semak liar.
Dengan lantang aku panggil.