Ada irisan luka yang tertinggal di rumah ini, bahkan di gelas kopi yang biasa kau minum semua terasa sepi larut tanpa ku sadari. Sebuah asbak rokok berwarna hitam tak lagi berguna kali ini, menyudut di meja tempat biasa kau menulis.
Terlalu banyak kisah yang hidup di rumah ini saat kamu ada, perlahan sirna dan hanya meninggalkan kenang yang tak sanggup ku ingat. Lampu kamar yang terus menyala, kipas angin yang terus berputar kini tak lagi bercerita semua diam tak bergeming.
Engkau mendahuluiku untuk menemui ayah di sana dan aku seolah tak berdaya lenyap dalam ketiadaan. Terlalu cepat kau pergi bahkan belum tuntas pula semua tugasmu di sini. Apakah aku terlalu egois untuk memintamu hadir kembali sedang Tuhan yang mempunyai hak atas nafasmu ingin sekali bertemu dan memelukmu.
Aku limbung tak ada pesan apa pun kepadaku namun wajahmu yang teduh saat kau pergi membuatku yakin bahwa semuanya telah kau selesaikan dengan baik. Tinggal aku, mengisi ruang kamarmu, dengan sujud dan air mata agar kau tenang di sisi Nya.
Jujur, aku rindu, sangat rindu kepadamu.
23 September 2019
Kebayoran Lama
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H