Lihat ke Halaman Asli

Handy Pranowo

TERVERIFIKASI

Love for All Hatred for None

Puisi | Apakah Jakarta Masih Ada?

Diperbarui: 5 September 2019   00:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Aku hidup di sebuah kota dengan kepadatan lalu lintas yang tidak bisa lagi di prediksi dan polusi udara lengket di lidah-lidah orang yang terus bicara kemakmuran, beretorika, menyajikan keindahan bahwasanya di sini serba ada, di kota yang tak lagi mengenal budaya aslinya.

Gedung-gedung bertingkat terus di bangun, gemerlap hotel dan plaza mengelilingi rumah-rumah padat penduduk yang kerap kali di hantui kebakaran, kebanjiran serta penyakit menular seperti tbc dan gatal-gatal. 

Di kota ini tawuran antar warga jadi ajang seni kebudayaan yang kerap kali mengundang korban kematian. Kendaraan seliweran melawan arah, trotoar menjadi tempat parkir, tempat pedagang kaki lima.
Dan para pejalan kaki pincang mencari jalan yang aman meliuk di antara selokan dan lobang-lobang galian.

Dan lihatlah gundukan sampah di sungai dan sudut-sudut jalan, orang-orang tanpa kesadaran asyik membuang sampah di jalanan. Mereka terjangkit penyakit ketidakperdulian terhadap tempat tinggalnya. Harus bagaimana mengatasinya?

Di langit kota asap tembaga hitam dari knalpot kendaraan menyergap paru-paru anak-anak dan orang tua, polusi menyelimuti udara yang bersih, pohon-pohon tak sanggup lagi menyerap karbondioksida 

Aku melihat kota ini sama seperti melihat keedanan yang sengaja di pelihara untuk sebuah kepentingan penguasa yang setiap lima tahun jadi jargon kampanyenya. Mereka selalu berdusta. 

Seandainya saja kota ini tak lagi menyandang ibukota, apakah Jakarta masih ada?

170719

Jakarta Selatan




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline