Di malam yang terbuka dan bulan di atas kepala, begitu indah dan tenteramnya dunia. Bintang yang redup bagai mata kita, indah pula bertatapan sambil sesekali tertawa. Angin pantai tidak serta merta membuat kita kedinginan sebab sebotol gin dan sebotol vodka cukup pula menghangatkan obrolan kita.
Kamu gadis Fhilippina, aku lelaki Indonesia tenaga kerja asing di atas kapal pesiar yang tengah mengajak kita berkeliling dunia.
Hari-hari penuh dengan kerja tak ada libur kecuali waktu senggang di kala kapal bersandar. Dunia yang kita lewati seakan megah, gelombang dan samudera adalah teman yang tak terpisah. Tamu-tamu yang berpesiar adalah orang-orang yang cinta dunia. Termasuk kita.
Ah sudahlah apa mau di kata, sesekali ombak memecah di antara dermaga dan kamu menatapku dalam, entah mabuk atau memang jatuh cinta. Matamu besar, rambutmu lurus terurai. Kamu sungguh cantik, kulitmu putih halus. Aku katakan padamu waktu itu, aku suka aroma tubuhmu begitu melekat dan sulit ku cegat.
Parfumku lokal bukan import katamu dan ia tahu aku tengah merayunya. Sungguh aku tak akan sanggup menatapnya lama semacam kikuk dan tak tahu apa mesti di kata. Dua bulan lagi aku pulang kataku rasa-rasanya bau nasi uduk dan gorengan sudah tercium terasa.
Will you gonna miss me Handy? Yes of course Angeli.
Di tengah senda gurau, sesekali ku lontarkan rayuan, ia mendekap tubuhku dadanya yang besar cukup pula membuatku gusar. Tiba-tiba waktu berjalan lamban, diam-diam dan rasanya tak ingin berputar. Lampu dermaga berbinar-binar dan di dalam malam hati kita seakan terang.
Handy Pranowo
7518
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H