Lihat ke Halaman Asli

Handy Pranowo

TERVERIFIKASI

Love for All Hatred for None

Puisi Zaman Sekarang

Diperbarui: 13 Februari 2018   23:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Aku melihat cakarmu mencengkeram pagar bumi. Kuku-kuku nan tajam setajam ujung belati. Matamu memerah nampak geram ketika mentari baru saja di lahirkan dari rahim langit. Menangis, menjerit, tertawa, menyepi.

Parodi alam raya segera akan di mulai dari waktu yang pernah beku di dalam kehampaan. Denting tetes embun berkilau memainkan nada risau. Gelisah, amarah, nafsu yang tak pernah puas membujuk jiwa.

Udara kebatilan makin sengit tercium, aroma pengkhianatan busuk di kolong-kolong tempat tidur, para pemangku kekuasaan makin berani bilang bahwa merekalah yang paling adil berkuasa. Mereka pikir siapa dirinya, Tuhankah?

Sementara kita tak sadar tengah bermain perang-perangan dengan diri sendiri, yang akhirnya menjerumuskan ke dalam pergolakan tanpa henti. Tipu daya, keserakahan, darah manusia terus mengalir seakan pesta pora tumbal yang arif bijaksana.

Aku gelisah membuka tirai jendela yang compang-camping, isi dunia penuh dengan penyesalan dan ratapan. Bencana demi bencana terjadi, alam seakan murka. Dan kita tak pernah bisa menyadari kecuali tertawa dan gembira di atas penderitaan orang lain.

Lihatlah anak-anak bermain dengan kekerasan, orang tua tak lagi mempunyai petuah bijak yang dapat di amalkan, guru-guru mendadak sakit jiwa, lupa ingatan lupa dengan buku-buku sejarah. Teknologi tak dapat di nikmati sebagai mana mestinya kecuali saling menjatuhkan dan mengobral syahwat diri.

Lalu para pemuka agama hanya bisa berteriak, habisi siapa saja yang tidak sepaham. Kata-kata damai hanya ada di kitab-kitab suci tanpa mereka amalkan. Oh ada apa dengan jaman sekarang, aku menjadi takut, gugup, dan ragu sebab segala yang benar di perangi hingga binasa. Mereka yang berbuat baik serta merta di cela dan di hina.

Maka kini aku bertanya apakah hidup bersama dan berjabat tangan masih ada dalam benak. Lalu untuk apa sebenarnya kita hadir di dunia bila hanya saling memperkosa.

Handy Pranowo

130218




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline