Lihat ke Halaman Asli

Handy Pranowo

TERVERIFIKASI

Love for All Hatred for None

Untuk Penguasa Kota

Diperbarui: 11 November 2017   01:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Pandanglah tengkukmu, sebelum menjilat kata-kata yang meludah di dada yang kau busungkan. 

Di sana, di punggungmu, barisan kalimat melarat dari ibu bahasa yang pernah melahirkanmu menjadi ambigu, 

nyatanya kamu tak pernah menjadi dewasa, kamu seperti kehilangan arah sebab cawan di hatimu penuh dengan ambisi. 

Kamu terlihat menggeliat perkasa namun rapuh dalam jiwa. 

Kamu pribumi atau non pribumi itu sama saja, lahir di dunia ini menjadikan kita memilih antara kanan dan kiri, 

tetapi aku, aku tak akan mau di gerakan oleh siapapun apalagi harus bertentangan dengan batinku sendiri.

Akal sehatku adalah bentuk kewajaran yang terus ku olah, ku jaga dalam tiap baitnya.  

Agar selalu waras dalam bertingkah laku dan aku tak mau mengingkari hati nurani.

Sekali lagi, pandanglah tengkukmu sebelum menjilat kata-kata yang meludah di dada yang kau busungkan.

Kekuasaan tak akan lagi berharga bila hanya untuk menipu mata.

Ini tanah bukan lagi medan pertempuran tumpah darah, ini tanah buat orang-orang yang mencintai kedamaian.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline