Lihat ke Halaman Asli

Handy Pranowo

TERVERIFIKASI

Love for All Hatred for None

Marah

Diperbarui: 23 Oktober 2017   22:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Sajakku mandek di tengah kemacetan kota, tercerai berai bising paling pekak di telinga. 

Orang-orang di jalanan saling sombong di bungkus kemunafikan yang paling gila 

sedang hidup terus terkontaminasi debu perilaku tanpa akal, tanpa kesadaran jiwa.

Kita di paksa saling berebut, saling bertengkar untuk sesuatu hal yang mudah binasa, kekuasaan, kekayaan.

Lihatlah wajah-wajah mereka penuh kecemasan di paksa terus berputar di jam-jam sibuk yang menyedihkan 

sebab kata pulang dan rindu rumah tak akan pernah usai. 

Gaduh menerebos norma-norma kesopanan, tak ada rambu-rambu yang tak di langgar.

Apakah kamu lelah, apakah ada istirahat sementara hari menjarah waktu kematian yang semakin dekat.

Sementara angin ribut berkecamuk dalam pergaulan sosial, orang-orang tak lagi bisa menyelesaikan masalah dengan pikiran.

Di jalanan kalut saling sikut, dalam gedung ribut-ribut urusi perut, dan aku yang bingung diam-diam kentut malah kalian bilang salut.

Dasar bodoh.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline