Lihat ke Halaman Asli

Handy Pranowo

TERVERIFIKASI

Love for All Hatred for None

Sajak Daun Gugur

Diperbarui: 4 Maret 2017   21:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Aku hanyalah daun-daun yang berserakkan di setapak jalan tanah merah,

di antara rimbun embun dan tetesan hujan. Aku menggigil, aku kedinginan.

Terkadang bila angin kencang datang, aku di bawanya terbang tanpa sayap meliak-liuk tubuhku.

Bimbang terombang-ambing dan tak pernah bisa menentukan tujuan.

Terkadang aku jatuh di atas ranting-ranting kering yang rapuh, terkadang pula angin membawaku

rebah ke aliran sungai yang deras dan berbatu. Dan tak jarang pula aku jatuh ke sebuah pekarangan rumah

yang luas lalu di sapu dan di masukkan ke dalam tong sampah. Aku sadar aku tak lagi mempunyai hidup, 

aku sadar sebentar pun aku akan di bakar atau membusuk bersama tanah merah menjadi pupuk.

Tapi katakanlah aku tak menjadi sia-sia setelah terlepas dari dahan yang memberikanku hidup

dari warna hijau muda hingga coklat tua. Biarkanlah takdir ku menjadi getir, tersiram hujan, terombang-ambing angin.

Namun dapatkah sekiranya kau uraikan rentang waktuku yang jauh dan lugu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline