Lihat ke Halaman Asli

Handy Pranowo

TERVERIFIKASI

Love for All Hatred for None

Flower Boy part 1. Sebuah Tekad

Diperbarui: 22 September 2021   15:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri.

Sudah hampir sepuluh tahun berlalu saya berhenti bekerja sebagai perangkai bunga di atas kapal pesiar tepatnya sejak November 2011. Namun hingga saat ini kenangan demi kenangan dari awal melamar pekerjaan itu sampai di terima lalu masuk pelatihan dan karantina, hingga mendapatkan kontrak pertama bekerja selalu saja teringat, membuatku bangga dan juga bahagia. 

Banyak pengalaman-pengalaman penting dan pembelajaran yang berguna yang saya dapatkan selama bekerja di kapal pesiar. Bagi diriku saat ini itulah pencapaian karier yang terbaik yang pernah saya dapatkan selama beberapa kali saya bekerja. Tidak mudah tentunya namun karena tekad, nekat, fokus dan keberanian membuatku dapat melewati hal itu dengan baik. Tidak lupa ada doa, keikhlasan dan kepasrahan kepada Tuhan selama menjalaninya. 

Setelah saya berhenti dari pekerjaan sebagai pramusaji di sebuah cafe dan restaurant sekitar pertengahan tahun 2004. Semenjak itulah saya sering gonta-ganti pekerjaan, menjadi bar boy, sales granite ( bahan bangunan untuk lantai rumah ) hingga jualan roti bakar bersama teman. 

Sampai suatu waktu di pertengahan tahun 2007 salah satu saudara sepupuku yang tinggal di Bandung datang ke rumah membawa tas dan koper yang penuh sesak. Ia hendak pergi berlayar, bekerja di kapal pesiar menjadi pelayan restoran selama sepuluh bulan lamanya. Dari dulu tekadnya memang sudah bulat untuk bisa bekerja di kapal pesiar setelah kepulangannya dari Singapore bekerja di salah satu hotel di sana. 

Saya tahu betul bagaimana enam bulan lamanya ia lalui proses demi proses, pelatihan kerja, pengurusan dokumen, visa, pasport hingga akhirnya ia lulus dan mendapatkan kontrak kerja pertamanya di kapal pesiar. Sebenarnya ada juga ketertarikan saya untuk bekerja di sana namun di karenakan ongkos yang mahal saya urungkan pula niat itu. Saya berpikir dan masih berharap bisa mendapatkan sebuah pekerjaan yang layak di Jakarta. 

Malam itu saudara saya pun berangkat menuju bandara Soekarno-Hatta di antarkan oleh saya dan keluarga termasuk oleh ibunya (adik ibu saya). 

Ia pergi berlayar untuk sepuluh bulan lamanya, sesuai dengan kontrak kerjanya, sebelum ia masuk untuk boarding pass ia berkata 

" Kalau gua sukses dan berhasil, elu wajib ikut jejak gua, masalah biaya nanti elu bisa pinjem ke gua ". Saya hanya mengiyakannya sambil memeluk tubuhnya dan berkata " jaga diri lu brother ". 

Tak lama ia pun menghilang masuk ke area steril bandara setelah melewati pemeriksaan barang dan dokumen. Kami pun pulang dengan harapan semoga ia di sana baik-baik saja. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline