Lihat ke Halaman Asli

Handy Fernandy

TERVERIFIKASI

Pelaku Industri Kreatif

Seberapa Penting Program Naturalisasi untuk Indonesia, Ini Jawaban Hamdan Hamedan

Diperbarui: 21 Mei 2024   11:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tenaga Ahli Menteri untuk urusan Diaspora dan Kepemudaan Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora), Hamdan Hamedan menyatakan bahwa program Naturalisasi dalam sepak bola adalah fenomena global. Ia mengatakan bahwa setiap negara telah memanfaatkan pemain diaspora untuk membela Tim Nasional sepak bolanya masing-masing.

"Kalo kita lihat dari sejarah, misalnya piala dunia. Dari 1930 sampai yang kemarin 2022 itu pemanfaatan atlet itu yang dipanggil suatu negara padahala atlet tersebut tidak lahir disitu ada 9,5 sampai 10 persen . bahkan piala dunia 2022 rata-rata adalah 16,5 persen. Berarti 1 dari 6 pemain adalah pemain yang bermain di sebuah negara itu bukan pemain yang lahir dari negara tanah kelahirannya bisa saja itu negara kelahiran ayahnya ataupun kakek dan neneknya," ungkapnya dalam wawancara pada Minggu (19/05/2024) 

Pria yang sempat menjabat sebagai Utusan PSSI era kepengurusan Iwan Bule itu berpendapat bahwa FIFA juga telah mengaturnya lewat regulasi pada artikel 7 yang mana apabila sebuah federasi suatu negara menginginkan pemain keturunan dari negara tersebut untuk bermain di negaranya, maka itu bisa dilakukan.

" Itulah yang terjadi, kita bisa lihat Italia pada 2006 Piala Dunia Ada Mauro German Camoranesi dia itu kakek buyutnya orang Italia, dulu di regulasi FIFA masih memungkinkan, tapi sekarang di limit sampai kakek saja. Spanyol juara Euro 2008 ada seorang pemain kelahiran Brasil yang membela Spanyol, hayo siapa? Marcos Senna yang kemudian di naturalisasi," Ujar Hamdan.

Ia juga mengatakan bahwa Indonesia juga bisa memanfaatkan diaspora Indonesia untuk membela Tim Nasional Indonesia, bahkan tidak hanya sepak bola, tapi cabang olahraga lainnya.

" Jadi penekanannya itu kita punya 9 juta diaspora yang tersebar di 90 negara sebagian dari mereka ada yang jadi atlet. Ada yang jadi atlet sepak bola, basketball, renang, ada yang jadi atlet golef. Pertanyaannya sekarang apakah kita mau memanfaatkan potensi tenaga diaspora kita yang ada," imbuhnya.

Hamdan mengatakan bahwa naturalisasi bukan ajang untuk menggeser pemain dalam negeri. Sebagai contoh negara seperti Italia yang memanggil Mateo Retegui untuk bermain di Gli Azzuri padahal negara tersebut belum lama menjuarai Euro 2020.

"Seorang Roberto Mancini di tahun 2020 dia menang EURO 2020, ia mengatakan bahwa dulu dia tidak suka memanggil pemain yang disebut Oriundo--pemain keturunan. Namun situasi berubah, akhirnya sebagai juara EURO 2020 dia memanggil Mateo Retegui untuk bermain di Timnas Italia, padahal Roberto Mancini baru juara, mereka merasa ini bisa menambah daya gedor," Katanya.

Pria yang sempat menjadi Direktur Eksekutif Diaspora Network-United serta Ketua Indonesian Diaspora Network Northern California itu menyatakan pula bahwa pihak Kemenpora sangat terbuka tentang wacana untuk memanfaatkan diaspora untuk membantu prestasi Indonesia, namun tidak meninggalkan proses pembinaan usia dini dalam negeri.

"Sekarang pertanyaannya kita mau apa tidak? Kemenpora membuka peluang untuk hal tersebut, kembali lagi kepada Cabor mau memanfaatkan atau tidak? Kita mencoba mencari formula yang seimbang, pembinaan adalah kata kunci," tutupnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline