Lihat ke Halaman Asli

handrini

Peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional

Ketika Bocah Mempertanyakan Manfaat UAN

Diperbarui: 24 Juni 2015   13:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1367924549752784077

[caption id="attachment_259573" align="aligncenter" width="654" caption="Ilustrasi. Pelajar mengerjakan soal Ujian Nasional mata pelajaran Bahasa Indonesia di SD Negeri Sompok, Desa Sriharjo, Imogiri, Bantul, DI Yogyakarta, Senin (6/5/2013). Ujian Nasional untuk murid SD berlangsung selama tiga hari dengan mata pelajaran yang diujikan yaitu Bahasa Indonesia, Matematika, dan Ilmu Pengetahuan Alam./Admin (KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO)"][/caption] Hari ini adalah hari ke-2 puteri pertama saya menempuh ujian nasional pertamanya. Dia duduk di bangku sekolah dasar sebuah SD Negeri yang tergolong cukup bonafid di bilangan Jakarta Barat, sehingga jauh hari sebelum menempuh Ujian Nasional murid-murid dan orang tua murid secara bergiliran dikumpulkan dan diberi pengarahan yang intinya menekankan harapan sekolah agar murid dan orang tua murid dapat membantu mempertahankan ke”bonafid”an yang selama ini disandang sekolah (hehe.. saya agak menyeringai kecil menulis kalimat ini karena teringat pengarahan yang diberikan dalam pertemuan tersebut).

Semua murid dan orang tua murid tentu berharap agar murid yang mengikuti UAN mendapatkan nilai yang bagus. Namun saya sempat gelagapan juga menjawab pertanyaan puteri saya yang menurut saya agak susah. “Ma, apa sih sebenarnya manfaat UAN ?” hek!

“Maksud kakak gimana sih ?”

“Iya Ma.. apa sih gunanya UAN buat aku ?” tanyanya.

“Ya.. kurang lebih sebagai evaluasi atas kemampuan kamu mengikuti pelajaran selama enam tahun di sekolah dasar. Sama seperti tes kenaikan kelas gitu deh.. hanya ini evaluasi atas pemahaman kamu terhadap pelajaran yang kamu dapatkan selama enam tahun, “ jawabku mencoba tidak terlalu “ngasal”.

“Terus apa gunanya ya Ma? Kan mau tidak mau aku harus buka pelajaran dari kelas satu sampai terakhir semester dua kelas 6 ini.. tapi masalahnya Ma.. apa untungnya buat aku mempelajari seabrek-abrek pelajaran yang ga ada hubungannya dengan cita-cita aku ?”

“Cita-cita anak seusia kakak kan bisa jadi berubah-berubah. Jadi ga ada salahnya belajar semua bidang ilmu terlebih dulu.. baru nanti kalau sudah benar-benar cukup usia untuk menentukan cita-cita barulah kakak fokus mempelajari sesuai cita-cita kakak. “

“Oke.. tapi soal kegunaan UAN itu apa Ma? Kan nanti masuk SMP harus berdasarkan nilai.. jadi yang bagus-bagus semuanya daftar di SMP ** Terus yang agak kurang baik nantinya bisa berkumpul di satu SMP.. apa itu baik Ma?Kalau sama ga pinternya trus mau nanya ke temen ga bisa dong..” (saya lupa SMP mana yang disebut puteri saya tapi yang pasti menurut puteri saya nilai untuk masuk ke SMP itu paling tinggi diantara SMP lain di bilangan Jakarta Barat. Hanya menurut Puteri saya di SMP itu banyak sekali pengeluaran orang tuanya sehingga dia masih menimbang untuk mendaftar di SMP itu jika nilainya mencukupi. Dalam hal pertimbangan saya beruntung karena puteri saya sudah memiliki pola pikir yang cukup).

“Hmm.. bisa jadi sih.. tapi kan belum pasti juga.. kan bisa jadi orang daftar berdasarkan lokasi sekolahan dekat dengan rumah ga..”

“Oke.. kalau gitu buat apa perlu ada UAN Ma? Cukuplah tes biasa kayak biasanya..”

“Tapikan jadi ga bisa diukur secara nasional Kak.. kalau begitu.. kemampuan guru dan murid di setiap proses belajar mengajar bisa jadi berbeda-beda.. ga Cuma antar sekolah tapi juga antar provinsi. Dengan diadakan UAN nanti pemerintah bisa tahu.. oh.. ternyata nilai murid-murid di satu daerah A misalnya jeblok.. maka bisa di evaluasi apa yang kurang? Cara mengajar gurunya kah, atau bisa juga kurang tepat dalam menyusun materinya atau yang lainnya.”

“Oke.. lantas mengapa yang diujikan hanya bahasa Indonesia, matematika dan IPA? Apa dasarnya Ma? Kok yang lainnya ga ? IPS misalnya ? “

****pengin rasanya tepok jidattttt

“haha.. setidaknya kamu ga perlu banyak-banyak belajar to..syukurin aja.. setidaknya kamu hanya perlu ngapalin rumus matematika, belajar IPA yang katamu sulit dan belajar teliti dalam membaca soal dan jawaban di bidang bahasa Indonesia” jawabku sedikit berkelit.

“Tapi kok yang dipilih IPA, matematika dan bahasa Indonesia Ma ?”

“Hmm.. mama ga tahu persis tapi bisa jadi matematika mewakili test atas kemampuan logika matematis murid, IPA mewakili kemampuan hafalan sedang bahasa Indonesia mewakili logika berbahasa..” ***sambil mengerutu dalam hati.. karena terus terang saya tidak tahu persis alasan pemerintah memilih ketiga bidang studi itu. Tapi setidaknya puteri saya tidak lagi mengejar. Meski sampai di kantor begitu ada waktu tersisa sedikit saya segera browsing mengapa IPA, matematika dan bahasa Indonesia yang dipilih untuk materi yang diujikan dalam UAN tingkat SD. Tapi belum juga ketemu..

Setidaknya saya cukup bersyukur sekaligus rada khawatir melihat puteri saya benar-benar mengikuti saran yang sempat saya BBM-kan ke dia. “Pesan Untuk Anakku yg mau UAN: Nak, bukan mama tidak menganggap UAN itu penting, tp pesan mama, tak perlu kau libur ngaji saat ujian.. Cukuplah belajarmu selama 6 th bekal. Tak perlu kau ubah keseharianmu yg ceria dg tampang cemberut.. Nak, ingatlah,nilai tinggi bukan tujuan, cukuplah keseriusan & kesungguhanmu dlm mengerjakan sbg catatan perjuangan. Kerberhasilan di masa depanmu pun tak mutlak ditentukan oleh UAN

Hasilnya ? hehe.. saat pulang bekerja saya mendapati puteri saya asik menonton TV meski di hadapannya ada buku pelajaran terbuka. Kesehariaannya benar-benar tidak berubah.. Tapi sepertinya puteri saya mampu memahami tatapan mata saya. Dia langsung berkata “tenang Ma.. aku tadi sudah belajar kok..” hehe.. begitulah UAN tampaknya membuat saya sedikit lebih khawatir daripada puteri saya. Tapi setidaknya saya agak lebih “tidak terlalu mencemaskan” UAN bila di banding orang tua lainnya. Tadi pagi saya dengar kisah dari beberapa teman yang mengkisahkan karena kecemasan orang tuanya saat dia ujian, dia pun menjadi ikut cemas saat ujian.

“Bayangin aja.. sebelum ujian pasti deh mama buat masakan ikan lele dan ikan emas katanya biar bisa dipatil.. terus mama selalu mengajak berdoa agar aku diberi basik, sudah gitu pagi-pagi pasti mama sudah bikin ribut orang serumah.. semua harus bangun pagi-pagi sekali karena aku mau ujian.. yang ga ujian pun jadi cemberut deh” cerita dia. Hehe.. ternyata melatih kemampuan menanggapi kecemasan bagi orang tua tampaknya merupakan salah satu manfaat lain dari UAN.... ^_^

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline