Oleh Handra Deddy Hasan
Ketika penulis punya kesempatan berkunjung ke Jepang, ada praktik sepele, namun menarik untuk diperhatikan ketika makan di tempat umum seperti restoran.
Hal tersebut terjadi tidak hanya di restoran besar, tapi juga terjadi di restoran kecil (seperti warung kalau di Indonesia) ataupun juga terjadi di restoran cepat saji yang merk-merk restorannya juga ada di Indonesia.
Sehabis selesai makan ada adab sosial yang tidak kita temukan praktiknya di Indonesia, tapi di Jepang sudah merupakan aktivitas otomatis yang dilakukan oleh setiap pelanggan yang makan di restoran.
Praktik tersebut adalah membersihkan meja dari segala sampah akibat selesai makan, termasuk meletakkan alat-alat bekas makan ke tempatnya.
Di Jepang yang terkenal dengan kebersihan dan adab sosial tentang sampah, mereka telah membagi sampah sesuai katagori, sampah yang bisa dibakar, tidak bisa dibakar dan sampah daur ulang serta sampah besar.
Kategori tersebut telah melekat dalam DNA mereka sejak kanak-kanak, sehingga praktik membersihkan meja makan sehabis makan di restoran dan membuang sampah di tempatnya sesuai katagori merupakan adab yang telah otomatis dilakukan tanpa disuruh sama sekali.
Apabila kita makan di restoran manapun di Indonesia, praktik tersebut nyaris tidak dilakukan oleh pelanggan. Membersihkan meja sehabis makan dan membuang sampah pada tempatnya bukan kebiasaan dan adab orang Indonesia di lingkungan sosial. Sebagian dari kita menganggap tugas bersih-bersih merupakan tugas pembantu atau merupakan tugas karyawan restoran.
Beberapa restoran cepat saji di Indonesia telah berusaha untuk menggugah pengunjung melakukan adab tertib sosial sebagaimana yang telah merupakan tertib sosial di Jepang. Restoran tersebut menandai dengan tagar "BUDAYA BEBERES" dan memberi apresiasi dengan dorongan kata-kata bahwa membereskan sendiri tersebut keren.