Lihat ke Halaman Asli

Bromo, Negeri Khayangan

Diperbarui: 26 Juni 2015   15:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pada kesempatan hari libur tanggal 28 Mei 2010 yang lalu saya dan keluarga  pergi ke Bromo. Angan-angan untuk pergi ke Bromo sudah menjadi kenyataan. Berangkat dari Jogja pada tanggal 27 Mei 2010 malam. Tepat pukul 10.30 WIB kami berangkat dengan mengendarai mobil pribadi. Perjalanan malam berjalan lancar walau arus kendaraan  agak ramai, akhirnya kami sampai di Bromo pada pukul 07.30 pagi 28 Mei 2010. Kami menginap di salah satu hotel dengan tarif Rp.137.000 + tax / malam. [caption id="attachment_167475" align="alignnone" width="500" caption="Hotel tempat kami menginap."][/caption] Sebelumnya saya sudah diberitahu teman bahwa sebaiknya booking hotel dulu sebelum sampai di Bromo. Dengan bantuan Om Google, saya mendapat beberapa nomor telepon hotel di Bromo, ternyata benar... hotel sudah penuh untuk tanggal 28 Mei 2010 karena memang hari itu adalah hari libur Waisak. Saya tidak patah semangat dan terus melakukan pencarian via google, akhirnya dapat di salah satu hotel yang saat itu tinggal 5 kamar kosong. kami booking tiga kamar dengan terlebih dahulu mentransfer uang sebagai tanda jadi. [caption id="attachment_167482" align="alignnone" width="500" caption="Peta Bromo, lokasi di Hotel "][/caption] Tujuan utama wisata ke Bromo adalah melihat sunrise dengan latar belakang Gunung Bromo di Bukit Penanjakan dan melihat kawah Gunung Bromo. Untuk melihat sunrise di Bukit Penanjakan, kami harus bangun pagi-pagi sekali sekitar pukul 03.00. Sebenarnya kami sudah menyewa kendaraan hardtop yang akan disediakan oleh pihak hotel, tapi entah mengapa pihak hotel ingkar janji dengan alasan kita belum membayar. Alasan ini terlalu mengada-ngada, karena kami tidak diberitahu sebelumnya oleh pihak hotel harus membayar terlebih dahulu. Apa boleh buat, walau tidak mendapat hardtop, kami tetap berangkat dan berharap mendapat hardtop. Dengan kendaraan pribadi, kami keluar hotel menuju Cemoro Lawang tempat di mana banyak hardtop yang menunggu giliran berangkat menuju Penanjakan. Suasana ramai sekali, waktu menunjuk pukul 04.00. Akhirnya kami mendapat hardtop denga biaya sewa super mahal Rp.650.000! Harga ini jauh dari harga normalnya Rp.300.000 -Rp.350.000. Karena terpaksa akhirnya kami sepakat untuk menyewa hardtop dengan harga itu. Mobil pribadi dilarang masuk dan hanya mobil hardtop yang boleh masuk untuk menjelajah padang pasir kaldera menuju View Point Penanjakan. [caption id="attachment_167492" align="alignnone" width="500" caption="Konvoi Hardtop menuju penanjakan."][/caption] [caption id="attachment_167498" align="alignnone" width="500" caption="Dalam Hardtop."][/caption] Perjalanan ke bukit Penanjakan ditempuh dalam waktu 40 menit dengan melintasi padang pasir kaldera dan menaiki bukit terjal. Konvoi mobil hardtop menghiasi gelapnya malam. Hamparan kilauan bintang di langit menambah haru suasana bromo. Akhirnya kami diturunkan tidak di bagian atas, karena jalan sudah penuh dengan puluhan hardtop yang parkir di pinggir jalan. Jalan masih panjang, kami masih harus berjalan lagi ke Puncak Penanjakan. Suasana di jalan sangat ramai, orang banyak yang mengeluh karena masih harus berjuang berjalan kira-kira 1 km menuju puncak. [caption id="attachment_167502" align="alignnone" width="500" caption="Suasana jalan menuju Penanjakan, masih harus berjalan lagi."][/caption] Keadaan terasa tergesa-gesa karena waktu sudah menunjukkan pukul 05.30, akhirnya kami sampai di Puncak Penanjakan yang sudah penuh sesak, hampir tidak kebagian tempat untuk melihat sunrire. Puji syukur kepada Tuhan, kami akhirnya dapat melihat pemandangan yang menakjubkan berupa deretan pegunungan tengger dengan latar belakang Gunung Semeru dan kawah Gunung Bromo, Gunung Batok dan gunung-gunung lainnya. Sungguh indah... [caption id="attachment_167525" align="alignnone" width="433" caption="View Point Penanjakan."][/caption] [caption id="attachment_167505" align="alignnone" width="500" caption="Suasana di Penanjakan, menanti sunrise."][/caption] [caption id="attachment_167507" align="alignnone" width="500" caption="Di Penanjakan, latar belakang Gunung Bromo."][/caption] [caption id="attachment_167514" align="alignnone" width="500" caption="Sunrise"][/caption] [caption id="attachment_167516" align="alignnone" width="500" caption="Terlihat Kawah Gunung Bromo."][/caption] Setelah puas melihat pemandangan di Penanjakan, dengan menggunakan hardtop kami turun untuk menuju kawah Gunung Bromo yang letaknya di hamparan pasir kaldera. Kami berhenti sebentar di salah satu sisi jalan antara View Point Penanjakan dan Kawah Gunung Bromo untuk melihat pemandangan dari sisi utara. [caption id="attachment_167537" align="alignnone" width="500" caption="Pemandangan Kawah Bromo, Gunung Batok dari sisi utara."][/caption] [caption id="attachment_167544" align="alignnone" width="500" caption="Sisi Timur Kawah Gunung Bromo."][/caption] [caption id="attachment_167583" align="alignnone" width="500" caption="Menuju kaldera"][/caption] [caption id="attachment_167584" align="alignnone" width="500" caption="Menuju kaldera"][/caption] Di sana sudah banyak hartop yang parkir dan banyak. Suanana di parkiran cukup ramai. Dari sini kami menuju ke kawah Gunung Bromo dengan menggunakan kuda yang disewa dengan harga Rp.50.000 - Rp.100.000 pulang pergi. Dalam perjalanan dengan kuda ini akan terlihat sebuah pura besar yang sengaja dibangun untuk upacara keagamaan umat hindu suku tengger. Perjalanan memakan waktu 20 menit dan sampai di pinggir kawah. [caption id="attachment_167552" align="alignnone" width="500" caption="Sejumlah mobil hardtop yang sedang parkir di kaldera. "][/caption] [caption id="attachment_167558" align="alignnone" width="500" caption="Parkiran Hardtop dengan latar belakang Kawah Bromo."][/caption] Untuk menuju kawah kami masih harus menaiki sekitar 135 anak tangga, cukup menguras tenaga untuk mencapai anak tangga paling atas. Dari sinilah akan terlihat Kawah Gunung Bromo yang masih mengeluarkan asap tebal seakan menyapa pengunjung yang datang. [caption id="attachment_167588" align="alignnone" width="500" caption="Jalan menuju kawah Bromo."][/caption] [caption id="attachment_167594" align="alignnone" width="433" caption="Menunggang kuda menuju Kawah Bromo."][/caption] [caption id="attachment_167595" align="alignnone" width="500" caption="Pura"][/caption] [caption id="attachment_167598" align="alignnone" width="500" caption="Hampir sampai di anak tangga paling bawah."][/caption] [caption id="attachment_167602" align="alignnone" width="500" caption="Tangga menuju Kawah Bromo."][/caption] [caption id="attachment_167603" align="alignnone" width="500" caption="Kawah Gunung Bromo"][/caption] [caption id="attachment_167605" align="alignnone" width="500" caption="Kawah Gunung Bromo"][/caption] [caption id="attachment_167611" align="alignnone" width="500" caption="Pemandangan dari tepi kawah, terlihat pura dan hamparan kaldera."][/caption] Foto-foto di atas koleksi pribadi Fransiscus Handoyo.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline