Pandemi Covid adalah bagian dari kehidupan.
Sama seperti hal-hal lain dalam kehidupan, baik atau buruknya dia, kitalah yang menentukan. Musibah bisa mendatangkan kebaikan ketika kita tahu bagaimana mengambil hikmahnya. Sementara rejeki dan berkat bisa mendatangkan keburukan, bila kita terlena olehnya.
Masih ingatkah foto tentang langit biru yang cerah, yang diambil saat pandemi baru terjadi dan seluruh dunia membatasi kegiatan mereka. Entah negara-negara yang dengan ketat menerapkan lockdown, atau seperti Indonesia yang memilih pembatasan yang lebih longgar semacam PSBB.
Mestinya itu bisa menjadi sebuah gambaran yang menguatkan motivasi kita untuk mencapai net zero emissions.
Yang pertama bahwa net zero emission itu bisa dicapai dan yang tidak kalah pentingnya betapa kualitas hidup kita bisa menjadi lebih baik, ketika net zero emission itu tercapai.
Pandemi Covid sudah membuktikan bahwa ada banyak bentuk aktivitas kita sehari-hari, yang sebenarnya bisa digantikan dengan bentuk aktivitas lain yang lebih ramah lingkungan.
Salah satu yang menurut saya cukup banyak menyumbang berkurangnya polusi di masa-masa PSBB itu adalah himbauan untuk bekerja, belajar dan beribadah di rumah masing-masing.
Dalam tulisan ini saya ingin khusus menyoroti, salah satu dari tiga bentuk aktivitas yang mengalami perubahan saat PSBB, yaitu bekerja dari rumah, atau wfh. Kegiatan bekerja, sampai saat ini, pada umumnya masih lekat dengan pemikiran bahwa orang yang bekerja itu harus, berangkat pagi-pagi benar, berada di kantor sampai sore, dan kemudian pulang ke rumah.
Seandainya ada orang yang seharian di rumah saja, emak-emak julid, tetangga sebelah rumah pun mulai kasak-kusuk, "Kerjanya apaan sih? Kok bisa seharian di rumah saja, tapi duitnya banyak? Jangan-jangan pelihara tuyul atau babi ngepet."
Padahal kenyataannya dengan kemajuan teknologi informasi saat ini, ada sangat banyak pekerjaan yang bisa dikerjakan di mana saja, asal ada akses internet dan perangkat yang menunjang.