Lihat ke Halaman Asli

Handoko

Laki-laki tua yang masih mencari jati diri.

Nilai Keutamaan Manusia dalam Kisah Tiga Negara (Sam Kok)

Diperbarui: 29 September 2021   12:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gbr diambil dr ishare.ifeng.com

Orang Indonesia, terutama yang keturunan Tiong Hoa, umumnya tahu cerita Sam Kok (dialek yang biasa dipakai Tionghoa Indonesia), atau dalam Bahasa Mandarinnya San Guo.

Cerita ini berdasarkan kisah nyata tentang satu masa dalam sejarah Bangsa Tionghoa. Sebagian besar tokoh-tokohnya pun adalah tokoh-tokoh nyata yang pernah hidup di masa itu. Kisah ini menjadi kisah yang diceritakan turun-temurun, sudah pula disadur, dituliskan ulang dan dipublikasikan dalam berbagai bentuk (novel, kartun bergambar, manga, film, dst).

Mungkin bagi generasi sekarang, mereka mengenal kisah Tiga Kerajaan ini dari game (Dynasty Warrior, RoTK, dll) atau dari film layar lebar seperti Red Cliff, dst.

Yang mungkin tidak banyak orang tahu, sebenarnya, setidaknya ada dua versi tulisan kuno tentang Kisah Tiga Kerajaan ini.

Yang paling terkenal dan sering dibaca oleh khalayak umum adalah San Guo Yan Yi, yang kalau diterjemahkan menjadi ke Bahasa Inggris diterjemahkan jadi "Romance of Three Kingdom", jadi versi ini adalah versi novelnya, versi yang sudah digubah dengan lebih mengedepankan sisi ceritanya, tentu dengan berbagai dramatisasi dan kreativitas pengarangnya.

Versi yang kedua, yang lebih sedikit dikenal adalah, Sanguozhi, kalau diterjemahkan kurang lebih menjadi : "Catatan Tiga Negara". Karya ini menceritakan periode yang sama, tapi dituliskan oleh sejarahwan di masa itu dan titik beratnya lebih pada fakta sejarah dan bukan dramatisasinya. Maka bagi mereka yang membaca dua versi tersebut, akan melihat beberapa perbedaan, terutama pada faktor "kehebatan" dan "kebaikan" tokoh-tokohnya.

San Guo Yan Yi, sebagai cerita yang sudah digubah, tentunya juga membawa pandangan atau nilai moral yang ingin disisipkan oleh pengarangnya lewat kisah itu.

Sebagai pembaca, tentu adalah "hak" atau bagian kita untuk meresapi, merasakan dan menginterpretasikan apa nilai yang sedang diusung oleh si pengarang.

Salah satu nilai moral yang menurut saya (sebagai penggemar Sam Kok) berusaha disampaikan oleh pengarang, adalah tentang nilai-nilai utama seorang manusia.

Ada sesuatu yang unik jika kita mencermati Kisah Tiga Negara ini, yaitu tokoh protagonis utamanya, Liu Bei, bukanlah seorang tokoh yang hebat. Jauh berbeda dengan cerita-cerita super hero yang populer saat ini. Liu Bei bukan superman yang memiliki kekuatan super. Liu Bei juga bukan seorang Sherlock Holmes yang memiliki otak jenius melebihi orang kebanyakan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline