Lihat ke Halaman Asli

Handi Aditya

TERVERIFIKASI

Pekerja teks komersil. Suka menulis, walau aslinya mengetik.

Adu Kungfu di Laga Persahabatan

Diperbarui: 30 Juni 2022   13:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Legenda sepak bola dunia, Ronaldinho, kala melakoni laga persahabatan di Trofeo Nusantara | Sumber: Kompas.com


Mendapat undangan untuk sebuah laga persahabatan, tak dipungkiri adalah suatu kehormatan. Tidak semua klub sepak bola memiliki keistimewaan itu.

Setidaknya, klub harus memiliki relasi dan citra yang baik di mata penggemar lintas klub, media, serta tentu saja pengusaha.

Tak mungkin sebuah klub yang memiliki citra buruk di atas lapangan, dinantikan partisipasinya dalam sebuah eksebisi semacam itu.

Berbeda dengan laga resmi pada kompetisi reguler, laga persahabatan tidaklah mementingkan menang dan kalah. Skor memang tetap dihitung, namun tak menjadi tolak ukur siapa lebih unggul terhadap siapa.

Peserta yang terlibat biasanya memanfaatkan laga ini untuk menjaga kebugaran fisik, bersenang-senang, sekaligus memberi hiburan kepada fans.

Sementara di negara-negara yang kompetisi sepak bolanya sudah mapan, laga persahabatan sering dijadikan ajang untuk uji coba taktik dan pemain baru, bahkan tak jarang dimanfaatkan sebagai instrumen memperluas pasar ke wilayah-wilayah baru yang belum terjamah.

Menang ataupun menjadi juara di sebuah laga persahabatan, sudah bukan lagi jadi tujuan utama. Medali atau piala di laga persahabatan tak ubahnya sertifikat webinar, cuma sekadar dijadikan oleh-oleh penanda keikutsertaan. Maka sudah sepatutnya laga persahabatan itu dimainkan dengan cara-cara yang "bersahabat", fun, bukan malah diseriusi.

Terlebih bila laga persahabatan juga mengundang legenda sepak bola dari luar negeri sebagai bintang tamu. Semestinya, para partisipan laga bisa "kompak" untuk memberi hiburan kepada penonton. Bukan malah mencari panggung untuk diri sendiri.

Sangat disayangkan jika laga persahabatan yang sudah dirancang semenyenangkan mungkin, justru jauh dari kata bersahabat dan menyenangkan tadi.

Padahal setinggi apapun adrenalin yang meletup-letup di urat nadi pemain, semestinya bisa dikonversi untuk menyuguhkan hiburan yang menenangkan tensi rivalitas.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline