Di dunia persilatan, ada sebuah ungkapan bijak yang relevan untuk kita renungkan. Yakni, takutlah kepada satu orang yang hanya punya satu jurus, namun dia begitu menguasai jurus itu. Ketimbang takut pada satu orang yang punya banyak jurus, tetapi dia hanya menguasainya "setengah-setengah".
Di sepakbola, kita mengenal banyak juru racik strategi hebat, yang lewat tangan dinginnya, berhasil membawa timnya meraih banyak gelar.
Kita mengenal Jose Mourinho dengan skema 'negative football'-nya, kita juga tahu Juergen Klopp & Pep Guardiola dengan sepakbola menyerangnya.
Ketiga nama ini adalah pelatih nomor Wahid yang sama-sama memiliki satu kesamaan, yakni sama-sama miskin taktik. Mereka seolah hanya memiliki satu saja jurus, namun begitu menguasainya.
Ya, harus diakui, baik Mou, Klopp dan Pep, ketiganya dikenal sebagai pelatih yang tidak memiliki plan A, plan B.
Jika skema negative football milik Mou tidak bekerja sesuai harapan, maka jangan harap Mou akan mengganti strategi dengan skema total football.
Begitu pun dengan Klopp dan Pep, jika Gegen Pressing dan Tiki-Taka menemui jalan buntu, maka tinggal menunggu waktu saja bagi keduanya untuk memperoleh hasil imbang, atau bahkan pulang dengan tangan hampa.
Namun hal positif dari ketiga pelatih ini ialah, mereka berhasil menciptakan nyawa ke dalam tim, yang membuat para pemain tahu harus melakukan apa di lapangan. Harry Kane tahu bahwa di bawah instruksi Mou, ia akan lebih sering banyak menunggu bola, karena rekan-rekannya yang lain, akan berjibaku di lini pertahanan sembari menyiapkan serangan balik yang sporadis.
Pun demikian dengan anak-anak asuhan Klopp dan Pep. Mereka tahu untuk memenangkan pertandingan, maka yang perlu dimenangkan terlebih dulu ialah memenangkan penguasaan bola. Dengan semakin lama bola dikuasai, semakin besar pula peluang-peluang bisa diciptakan. Nyawa ini telah terbentuk menjadi karakter dalam diri setiap anak asuh Mou, Klopp dan Pep.
Lalu, bagaimana dengan Juventus? Mengapa skema SarriBall yang diusung sang pelatih, seolah tidak berjalan baik di sana? Inilah yang menjadi pembeda antara Sarri dengan Mou, Klopp dan Pep.
Sarri adalah pelatih yang tak mahir mengkomunikasikan gagasan strateginya, bahkan terhadap anak-anak asuhnya sendiri, ia tak jelas hendak mengusung skema yang bagaimana, bermain di sayap kah? Menusuk dari tengah kah? Mengandalkan serangan balik? Atau bagaimana?