Lihat ke Halaman Asli

Handi Aditya

TERVERIFIKASI

Pekerja teks komersil. Suka menulis, walau aslinya mengetik.

Riuh Separuh Jalan Liga Italia

Diperbarui: 14 Januari 2020   07:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kiprah Inter Milan di Serie A, sumber: Kompas.com

Liga Italia sudah separuh jalan, banyak kejutan terjadi di sepanjang setengah musim kompetisi ini bergulir. Beberapa di antaranya cukup membuat kaget, walau tak sampai membuat kita teriak latah, "Ayam-ayam-ayam..."

Sesekali masih ada drama, teriakan-teriakan si ini curang, si itu curang. Namun positifnya, teriakan semacam ini sudah kalah lantang semenjak para penggemar liga ini sadar diri, malu dengan besaran lingkar ikat pinggang.

Jika di Inggris, Liverpool seolah tak lagi memiliki lawan. City sedang bapuk, Chelsea tengah busuk, sementara MU dan Arsenal? Ah, total poin mereka pun jika dijumlahkan hanya unggul satu poin dari raihan Liverpool sekarang.

Sementara di Italia, persaingan justru sedang seru-serunya. Hegemoni sang juara bertahan Juventus, mulai diusik oleh klub yang konon mulai menemukan kembali jati dirinya, Inter Milan. Saya ulangi, Jati diri. Bukan Harga Diri. Mohon maaf, auto-mute, no debat.

Semenjak ditangani oleh sang pelatih yang rambutnya merupakan hasil sulaman, Antonio Conte. Inter Milan seolah menemukan lagi kepercayaan dirinya.

Conte yang dikenal memiliki metode kepelatihan super keras ala-ala ajang Be a Man yang pernah diikuti Lucinta Luna dulu, sepertinya telah cukup berhasil mengubah gaya bermain Inter yang tadinya angin-anginan, menjadi garang bak wajah mantan suami Cut Memey, Jackson Perangin-angin.

Duet Romelo Lukaku dan Lautarto Martinez di luar dugaan, berhasil menjelma menjadi duet maut seperti dalam serial anime Tsubasa Ozora dan Taro Misaki. Keduanya bisa saling melengkapi, saling berbagi peran, mengerti bahkan mengisi satu sama lain.

Jika saja tumbuh benih-benih cinta di antara keduanya, tentu mereka akan jadi pasangan yang berbahagia, karena setiap akhir pekan bisa saling mengenakan T-shirt couple.

Di tangan Conte, serangan-serangan Inter menjadi lebih hidup di hampir semua sisi. Baik dari sayap, maupun dari tengah. Raihan peringkat dua di tengah musim, merupakan modal yang besar bagi Inter guna menikung Juventus di akhir musim.

Apalagi Juve yang musim ini ditangani oleh Maurizio Sarri, masih belum menemukan pakem bermain terbaiknya, Sarri Ball. Sempat digadang-gadang akan bermain menyerang total, Juve justru masih belum bisa move-on dari bayang-bayang mantan, Massimiliano Allegri.

Lain Inter, lain pula kakaknya, AC Milan. Klub ini ibarat sebuah kapal yang nyaris karam. Alih-alih menambal kebocoran, sang nakhoda justru berpikir untuk menambah lagi muatan. Jangankan untuk menghadapi ombak besar, disenggol ikan cere atau julung-julung saja, kapal Milan bisa langsung goyang. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline