Lihat ke Halaman Asli

Handi Aditya

TERVERIFIKASI

Pekerja teks komersil. Suka menulis, walau aslinya mengetik.

Coki Pardede, Anies, dan Sulitnya Menemukan Kelucuan dari Komedi Gelap

Diperbarui: 7 Januari 2020   11:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Penampilan Coki Pardede ketika tampil di panggung SUCI 6. (sumber: Youtube Stand Up Kompas TV)

"Komedi gelap memang dibangun dalam kerangka yang mungkin saja menyinggung sebagian orang. Rumit, penuh kompleksitas. Namun bukan berarti tujuannya adalah semata untuk melukai."

Malam pergantian tahun 2020 kemarin, masyarakat Jakarta "dihadiahi" rahmat melimpah berupa hujan deras sepanjang hari. Hujan yang turun sejak 31 Desember 2019 sore, baru berangsur-angsur mereda di sore keesokan harinya.

Jakarta yang tak siap dengan jalur-jalur resapan air menuju ke dalam bumi, akhirnya tak kuasa memberi jalan bagi air yang terlalu melimpah untuk bisa mengantre secara tertib. Beberapa penjuru pun tergenang, ada yang sepinggang, sedada, namun ada juga yang cuma sampai semata kaki, tapi di lantai dua.

Curah hujan di malam pergantian tahun, memang cukup ekstrim. Di daerah Halim bahkan mencapai 377mm/hari. Ini merupakan catatan tertinggi sejak 24 tahun terakhir. Tapi tentu, tidak ada kaitannya sama sekali dengan tingginya tingkat orang bermaksiat.

Hujan dan maksiat ialah dua hal berbeda, yang tak saling berhubungan. Hujan bisa dipelajari dengan ilmu dan metodologinya sendiri. Sementara maksiat, ialah ranah pribadi antara manusia dan Tuhannya. Setidaknya begitu menurut saya. Namun tidak demikian bagi beberapa orang, yang kebetulan mencari nafkah sebagai pemuka agama.

Beberapa dari mereka yang memang tak setuju dengan perayaan tahun baru, bahkan ada yang sampai dengan tegas berdoa, supaya hujan turun sederas mungkin, agar meminimalisir kemaksiatan.

Jadi barangkali menurut mereka, warga yang tengah bersuka cita menyambut tahun baru, sebenarnya hanyalah mereka yang hendak bermaksiat di malam tahun baru. Dan maksiat bisa dihentikan, jika terjadi hujan deras. Begitu kan logikanya? 

Pada konteks itulah yang sebetulnya tengah dikritisi oleh Coki Pardede, seorang Stand-up Comedian, yang dalam cuitannya mengajak orang lain untuk tertawa dalam sebuah komedi yang gelap.

Dalam cuitannya ia menulis:

"Buat yang semalem ga "maksiat" tapi ikut kena dampak "azab" banjir, nyesel kan anda? Kalo tau sama-sama kena banjir juga, mending semalem mabok dan n**we. Kami Basah-basahan tapi dalam keadaan senang. Anda basah-basahan tetep sebel hahahaha."

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline