Lihat ke Halaman Asli

Nasib Sang Penanam si Daun Nikotin

Diperbarui: 26 Juni 2015   12:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Maret di Temanggung adalah awal dari jejak petani untuk meneruskan masa kejayaan peninggalan warisan nenek moyang yaitu tembakau, tanaman yang hingga kini tetap eksis di hati pemirsanya kini mulai menampakkan aura keganjilannya. Adalah tak lain dan tak bukan faktor sang alampun yang seolah menjadi musuh besar semua gladiator pembawa cangkul, mereka hanya bisa pasrah menghadapi sang anomali yang berdampak begitu kejamnya untuk tanaman tembakau. Selain berpengaruh pada masa tumbuh tetapi perubahan musim juga mengakibatkan produksi tembakau kacau, ada terik matahari secuil saja mereka langsung berbirit – birit menjemur semua rajangannya.

Hal ini masih ditambahjika tembakau hasil panen telah dicampur dengan tembakau luar daerah Temanggung oleh petani maupun para pedagang, kualitas aslinya akan berkurang dan tentunya harganya berbalik anjlok seperti yang terjadi pada 1997-2000. Akan tetapi semua itu dapat dipastikan tidak akan membuat kapok para petani untuk menanam tembakau setiap tahunnya. Jika menilik harga tahun lalu cukup menguntungkan bagi petani, pasalnya pabrikan rokok bersedia membelinya tembakau hasil panen mereka sebesar Rp85.000 per kg, bahkan tembakau terunggul jenis Srintil melonjak mampu terjual senilai Rp845 juta per kg, bahkan PR Djarum siap membeli semua hasil jenis itu jika ada yang tumbuh.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline