Lihat ke Halaman Asli

Anak Itu Peniru Ulung

Diperbarui: 15 Juli 2022   22:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Pembaca yang budiman, sengaja penulis mengangkat topik ini karena berangkat dari yang penulis amati sendiri secara langsung kejadian seminggu yang lalu. 

Kalau kita pernah mempelajari ada teori keturunan, yang sangat terkenal yaitu Teori Lombroso tentang born criminal (penjahat yang dilahirkan), yang menyatakan bahwa para penjahat adalah suatu bentuk yang lebih rendah dalam kehidupan, dan bahwa perilaku jahat itu adalah bawaan sejak lahir. Kita juga pernah mempelajari tentang pengaruh lingkungan terhadap perilaku manusia.

Manusia dapat memengaruhi lingkungan dan sebaliknya lingkungan dapat memengaruhi perilaku manusia. Sebuah pertanyaan yang menuntut kecerdasan dalam menjawabnya ialah:

Bagaimana lingkungan sosial dapat memengaruhi perilaku seseorang? Seseorang yang berada di suatu lingkungan maka dapat menjadi terpengaruh perilakunya. Hal ini antara lain disebabkan karena ia terbiasa mendengar dan melihat apa yang dilakukan oleh orang-orang yang berada di sekitarnya.

Contoh: Seorang yang asalnya tidak terbiasa merokok namun, karena pergaulannya sehari-hari dengan perokok, maka sangat mungkin ia akan ketularan menjadi perokok. Demikian juga seorang anak yang dibesarkan dalam keluarga yang apabila menutup pintu secara keras seperti 'membanting' daun pintu sehingga membuat orang kaget, maka iapun akan melakukan hal yang sama. 

Atau anak yang terbiasa mendengar orang-orang di sekitarnya sering menyebut nama-nama binatang jika sedang marah, misalnya: anjing!; monyet! dan sebagainya, sangat mungkin ia akan mengucapkan hal yang sama. Itulah yang dimaksud bahwa anak adalah peniru ulung. Setiap saat mata anak selalu mengamati, telinganya menyimak dan pikirannya mencerna apapun yang dilakukan oleh orang yang ada di sekitarnya.

Demikianlah beberpa contoh perilaku yang tidak baik bagi anak. Akan tetapi ada juga perbuatan baik yang bisa menular seperti kebiasaan bersih, rapi, tertib dan disiplin dalam hal apapun juga. Oleh karena itu, pendidikan anak harus dimulai dari keluarga, perlu pembiasaan (habit). 

Anak belajar dengan cara meniru, ia memang peniru yang cerdik, sehingga sebagai orangtua hendaklah Anda menjadi role model buat anak/anak-anaknya. Lakukan atau contohkan segala sesuatu yang terbaik, niscaya apa yang Anda tanam itulah yang Anda tuai.

Perilaku meniru adalah sebuah proses pembelajaran alami. Sejak anak terlahir ke dunia ia sangat peka dengan perilaku orang terdekatnya, ia bisa belajar dari ekspresi wajah ibunya, misalnya seperti tersenyum, penuh kasih sayang atau sebaliknya kasar dan bengis. 

Mengapa anak mudah meniru? Anak usia batita (bawah tiga tahun) dan balita (bawah lima tahun) meniru karena ada rasa senang namun, sebagai orangtua hendaknya melakukan cara terbaik memperlakukan anak yang senang meniru gerakan orang lain yang ada di sekitarnya.

Saat usia anak makin bertambah, sifat meniru itu masih terus berlanjut, baik menirukan gerakan-gerakan orang terdekatnya atau kalau ia sudah mulai bisa bicara tentu ia akan ngoceh dengan menirukan apa saja yang disukainya. Menginjak usia satu tahun  adalah saat memasuki tahun-tahun penting dalam tahap tumbuh-kembangnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline