Lihat ke Halaman Asli

Mbo Sabar

Diperbarui: 18 Januari 2022   21:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

            Sejak sekolah dinyatakan dibuka kembali tanggal 3 Januari 2022 dan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) diselenggarakan secara penuh 100%, apa yang terjadi? Di satu sisi ada perasaan gembira para siswa menyambutnya, akan tetapi di sisi lain terbersit rasa was-was orangtua 'melepas' anaknya kembali ke sekolah sehingga yang terjadi adalah ada sebagian orangtua yang mengijinkan anaknya ke sekolah namun ada juga sebagian orangtua yang tetap tidak mengijinkan dengan berbagai alasan. Dengan ditemani orangtua atau wali, anak-anak bersemangat menuju ke sekolah, karena bisa bertemu, belajar dan bermain bersama teman-teman yang sudah sekian lama tidak ketemu.

            Penyelenggaraan PTM dengan kapasitas 100% itu sudah sesuai dengan Surat Keputusan Bersama (SKB) 4 Menteri, yaitu Menteri Pendidikan Kebudayaan, Riset dan Teknologi, Menteri Agama, Menteri Kesehatan dan Menteri Dalam Negeri, juga ketentuan dari Dinas terkait, sah dan tidak melanggar peraturan namun, harus tetap berhati-hati karena kasus penularan covid-19 yang begitu cepat dan ganas, si-Omicron namanya itu hadir di mana-mana. Walaupun Pemerintah DKI Jakarta melakukan antisipasi munculnya kluster sekolah, tetapi kenyataannya ada beberapa sekolah yang 'terpaksa' buka-tutup karena kedapatan ada anak yang terpapar. Usaha faksinasi telah digencarkan di sana-sini baik untuk lansia maupun anak-anak, seperti berpacu dengan situasi dan waktu.

            Berdasarkan pengamatan dan pencatatan tiap hari terjadi lonjakan yang terpapar dan kembalilah Rumah Sakit dipadati dengan pasien corona. Semula di bulan Desember 2021 sempat turun sampai diangka dua digit, akan tetapi begitu masuk di tahun 2022 kembali ke angka tiga digit. Jumlah orang yang terpapar naik terus setiap harinya, membuat rasa ngeri terbayang sebab sirine mobil ambulance kembali nuing-nuing menyayat hati. Keharusan melakukan isolasi mandiri  dan umum semakin banyak, pembatasan orang masuk ke Indonesia diperketat begitu juga dengan mereka yang akan bepergian ke kuar negeri.

            Sekalipun tindakan testing, tracing dan treatment ditingkatkan, tetapi ancaman varian omicron terus merebak tidak hanya di Indonesia, di nagara-negara lain di dunia sepertinya terus berjatuhan korban. Semua berlangsung begitu cepat, oleh karena itu tetap lakukan protokol kesehatan (prokes) di mana saja dan kapan saja dengan 6 M: (1) Menggunakan masker, (2) Mencuci tangan, (3) Menjaga jarak, (4) Menghindari kerumunan, (5) Mengurangi mobilitas dan (6) Menghindari makan bersama di tempat umum. Memang tidak harus khawatir berlebihan namun, semua kita harus tetap waspada dan jangan mudah panik, juga jangan sampai kendor menerapkan prokes.

            Hal penting yang harus kita lakukan adalah berupaya sekuat tenaga agar varian omicron tidak meluas di tanah air, maka pada kesempatan ini penulis menghimbau kepada seluruh sejawat pendidik 'mbok sabar' untuk melaksanakan PTM dengan hadir di sekolah secara penuh. Bukankah pembelajaran masih bisa diselenggarakan secara daring meskipun diakui bahwa pembelajaran yang diselenggarakan secara on line banyak kendalanya sehingga yang terjadi adalah learning loss. Memang dengan PTM dimaksudkan agar dunia pendidikan bisa mengejar ketertinggalan dan ketidakefektifan cerapan pembelajaran oleh siswa selama ini.

            Sabar memang harus ada batasnya, tapi kesehatan dan jiwa manusia penting untuk diutamakan, karena dengan badan yang sehat manusia mampu berpikir dan bertindak dengan baik dan benar. Jangan sampai karena kepingin kumpul keluarga di kampung, berlibur dan makan-makan bersama, datang ke sekolah atau bekerja ke kantor bersama-sama menjadikan kasus corona melonjak lagi. Bekerja bisa diatur bergantian, begitu juga dengan pembelajaran bisa dilakukan secara kombinasi (hibrit), tentunya dengan bantuan kecanggihan teknologi masa kini. Siapa sih yang tidak sedih melihat kampus/sekolah kosong begitu lama. Begitu juga dengan tidak optimalnya hasil pembelajaran yang selama ini dijalankan secara jarak jauh (PJJ), membuat tujuan pembelajaran tidak sepenuhnya tercapai.

Bagaimana solusinya?

            Betapapun sulitnya suatu masalah tentu ada jalan keluarnya, sebab kalau kita hanya berfokus pada masalah tentu tidak terjadi perubahan apapun. Sebagaimana kita tahu bahwa 'Gembok dibuat dilengkapi dengan kuncinya', maka kita jangan 'tenggelam' dalam kesedihan. Tidak ada yang abadi di dunia ini kecuali sebuah perubahan. Perubahan itu mutlak kita lakukan karena beda zaman beda pula tantangannya, beda tahun beda juga perjuangannya, lingkungan berubah begitu  cepat maka bersiaplah untuk punah kalau tak mau berubah.

            Semua perubahan yang terjadi berawal dari pikiran, jauhi hal-hal yang membuat pikiran menjadi buntu dan yang penting jangan terlalu asyik dengan keberhasilan masa lalu. Kita harus ingat bahwa apa yang kita dapatkan pada masa lalu belum tentu bisa kita dapatkan di saat ini. Jangan kaku, jangan keras kepala dan jangan menganggap apa saja yang telah kita lakukan itu adalah benar. Mungkin memang dengan cara yang sama berhasil di masa lalu, tetapi tidak untuk masa kini. Adaptiflah terhadap semua perubahan yang terjadi. Antisipasi semua perubahan itu dengan selalu belajar dan jangan lupa untuk mengeksekusi, sebab sebuah pemikiran hanyalah ilusi (mimpi) apabila tidak dieksekusi. Jangan pernah berhenti belajar supaya bisa selalu adaptif dengan semua perubahan.

            Orang yang menerima perubahan adalah orang yang gampang bersikap terbuka terhadap setiap masukan, ide-ide atau gagasan baru. Institusi sekolah harus meningkatkan kualitas partisipasi orangtua dan masyarakat, demikian juga dengan transparasi dan akuntabilitas pengelolaan sekolah, niscaya sekolah makin memperoleh kepercayaan penuh dari masyarakat. Di dalam manajemen sekolah peningkatan mutu harus diutamakan, apalagi sudah sekian lama (hampir dua tahun) dunia pendidikan mengalami imbas dari ganasnya pandemi covid-19 sehingga pembelajaran yang bermutu patut dipertanyakan.

            Melalui tulisan ini penulis menghimbau kiranya rekan-rekan sejawat pendidik  bertindak all out demi bersinarnya kembali dunia pendidikan dengan menerapkan berbagai strategi yang dapat menunjang kemajuan pendidikan di tanah air. Bangsa yang maju adalah bangsa yang peduli dan menempatkan pendidikan pada tataran  pertama dan utama. Berhikmat dan bersabar untuk mengatur berlangsungnya proses pembelajaran yang kreatif-inovatif-efektif bagi seluruh peserta didik tercinta adalah kewajiban kita bersama.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline