Semarak dibukanya kembali sekolah-sekolah menambah semangat yang sekian lama meredup. Orangtua dan guru menyambut dengan gembira karena anak-anaknya dapat ke sekolah dan bertemu dengan teman-teman mereka. Ada kegirangan tersendiri mengingat sekian lama 'terkungkung' di rumah namun, jangan sampai berubah menjadi euphoria sehingga ibarat burung lepas dari sangkarnya. Itulah yang sesungguhnya menyebabkan terbersit rasa was-was di hati para orangtua.
Pemerintah, cq Mas Menteri Nadiem menganggap penting untuk memulai Pembelajaran Tatap Muka (PTM) mulai dari tingkat PAUD sampai dengan Perguruan Tinggi. Berbagai peraturan telah disiapkan sebaik mungkin untuk mengantisipasi terjadinya wabah berulang. Rasa miris dengan berseliwerannya berita yang lebih banyak membuat orang miris kalau tak pintar-pintar menyaringnya. Sudah menjadi makanan sehari-hari kita disuguhi berita dari berbagai media yang membuat hati dan pikiran menjadi was-was. Oleh karena itu, teringat pada istilah yang dalam bahasa Jawa nya: 'Eling lan waspodo', artinya kita harus senantiasa ingat dan waspada.
Menghadapi situasi apapun dan bagaimanapun kata waspada tetap harus diterapkan baik dalam hal protokol kesehatan maupun kesiapan semua pihak terkait, yaitu kesiapan keluarga yang akan mengirim anaknya kembali ke sekolah, begitu juga kesiapan pihak sekolah atau institusi pendidikan dan kesiapan infrastruktur termasuk masyarakat dan pihak Pemerintah Daerah setempat, serta yang tak kalah pentingnya adalah kesiapan fisik dan mental peserta didik itu sendiri. Semua pihak yang dimaksud hendaknya menjalin komunikasi dan kolaborasi untuk mengimplementasikan peraturan pelaksanaan PTM terbatas, dengan tetap diperlukannya ijin tertulis dari para orangtua menandakan bahwa ada pembagian tanggung jawab akan keselamatan dan kesehatan anak (peserta didik).
Digencarkannya pemberian vaksin kepada seluruh pendidik dan tenaga kependidikan membuat pihak Pemda lebih tenang untuk segera mulai membuka sekolah-sekolah yang ada di wilayahnya. Gara-gara pandemi covid-19 benar-benar sangat mengganggu dan merugikan dunia pendidikan.
Saat sekolah dan kampus dututup, memang kita bisa menggelar Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) namun, setiap orang yang pernah mengalami pendidikan dengan cara tatap muka dan kemudian mengalami atau menyaksikan PJJ pasti merasakan perbedaan yang cukup signifikan. PJJ bukan substitusi yang sebanding dengan belajar tatap muka, karena yang terjadi adalah penurunan kedisiplinan peserta didik. Bagi pendidik pun mengalami kesulitan untuk membuktikan peserta didik yang terlambat karena alasan yang dikemukakan, misalnya akses internet/jaringan yang tidak bagus, dan sebagainya.
Akibatnya, materi ajar yang dicerap peserta didik minim, belum lagi kesulitan yang dialami orangtua. Akan tetapi, apakah lalu tidak ada jalan keluar atau solusi untuk mengatasi keterbatasan itu? Semua masalah harusnya dapat segera diatasi supaya tidak berlarut-larut. Berikut penulis menyorotinya dari segi motivasi, adapun teori motivasi yang penulis kemukakan adalah teori motivasi dari David McClelland. Sebagaimana kita ketahui bahwa dalam diri setiap manusia itu memiliki 3 kebutuhan, yakni (1) kebutuhan akan berprestasi (need of achievement), (2) kebutuhan akan teman (need of affiliation), (3) kebutuhan akan kekuasaan (need of power).
Teori McClelland ini menyatakan bahwa pencapaian kekuatan/kekuasaan dan hubungan merupakan tiga kebutuhan penting yang dapat membantu menjelaskan motivasi sesorang. Dorongan ini mengarahkan individu untuk berjuang lebih keras lagi demi memperoleh pencapaian pribadi yang optimal.
Kebutuhan berprestasi bagus/prima sangat penting bagi setiap peserta didik, memiliki dorongan untuk lebih unggul, berjuang untuk mencapai yang terbaik, menunjukkan orientasi tinggi dan kesediaan menerima risiko. Semua itu akan memberikan kepuasan pribadi yang besar, sesuai yang dikemukakan oleh McClelland bahwa individu tersebut mempunyai cadangan energi potensial dan energi ini dilepaskan/dikembangkan tergantung pada kekuatan atau dorongan motivasi individu dan situasi serta peluang yang tersedia.
Nyalakan Api Semangat
Berbicara tentang motivasi tentu erat kaitannya dengan semangat. Motivasi berasal dari bahasa Latin 'movere', yang artinya menggerakkan. Motivasi berasal dari kata 'motif' yang diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu, merupakan daya penggerak dari dalam diri manusia untuk melakukan kegiatan mencapai tujuan. Motivasi intrinsik (dari dalam diri) dan motivasi eksrinsik (dari luar diri) perlu senantiasa di dinyalakan, sebab tanpa semangat membuat sesorang menjadi loyo, tidak bergairah, tidak antusias dan bahkan banyak mengeluh.
Begitu lonceng sekolah kembali berbunyi, sambutlah dengan penuh semangat karena belajar merupakan kegiatan manusia yang berlangsung seumur hidup, mulai dari kandungan ibu sampai ke liang lahat. Kini PTM telah berlangsung dua pekan, kami semua berharap situasi semakin kondusif supaya bisa mengejar ketertinggalan yang terjadi selama PJJ.