Lihat ke Halaman Asli

Orang Liberal Sekitar Kita dan Han Aktor Film FastFurious (Sung Kang)

Diperbarui: 24 Juni 2015   02:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Candi Borobudur, Mahakarya Nenak Moyang

Borobudur, Adalah sebuah karya peradaban yang kita agungkan bersama sebagai kekayaan dan kebanggaan, dengan sebuah alasan, bahwa Nenek Moyang kita termasuk salah satu pelopor gerak peradaban dunia. Maha Karya ini, Jelas dibangun dengan Corak Budaya Agama Buddha, sehingga, hingga saat ini Masyarakat Umat  Buddha dapat memanfaatkan nya untuk beribadah. [caption id="" align="alignnone" width="430" caption="Candi Borobudur, Mahakarya Nenak Moyang"][/caption] Bila ingat pelajara sejarah SD diatas, terkadang saya berpikir, pada tahun baheula dimana ajaran agama belum dipegang dengan kuat oleh orang betapa kakek nenek moyang bisa sedemikian Dahsyat dalam menghasilkan karya itu. Walhasil, saya menemukan benang merah, bahwa Hal hal yang menjadi pembuktian Peradaban Tinggi, hanya akan di dapatkan oleh sebuah sikap kesungguhan manusia yang ada pada suatu Budaya tersebut, sehingga mereka akan All Out. Ini akhirnya yang menjadikan saya memiliki ukuran sebagai alat tolok ukur dalam menilai baik buruk mulia dan tidaknya informasi yang saya terima dalam hal ada berbagai macam kebudayaan, Ideologi, Paham sosial, yakni mengecek dengan pertanyaan simple : Sejauh-sehebat mana hasil karya proses pemahaman atas Ideologi kebudayaan dalam sebuah representatif nyata, bagaimana perbandingan terbalik atas `pamor` kehebatan pola pikir-paham yagn dikampanyekan. Pengetahuan ini, menuntut saya, untuk menyebutkan secara subjektif, bahwa orang orang yang mengatakan memiliki Ideologi paling hebat seringkali justru tidak punya karya fakta apa apa. Alias Done Noting! Maksudnya? Baik hasil material yang juga tidak jelas, terlebih hasil immateri pun, tidak juga lebih baik. Terlebih, bagi orang orang yang menginginkan budaya bebas (baca: Liberal-isme-), sampai saat ini toh hanya dengun dan koar koar yang sepertinya indah, tapi tidak memiliki hasil apa-apa. [caption id="" align="alignnone" width="379" caption="Its Nonsesn (http://superkusokao.deviantart.com)"]

Its Nonsesn (http://superkusokao.deviantart.com)

[/caption] Buat saja dengan perbandingan Borobudur sebagai karya budaya Hindu pada zaman dulu, misalnya. Kemudian Jembatan Suramadu sebagai Karya budaya Pancasila, pada masa ini. maka apa yang sudah di hasilkan oleh orang orang Budaya Bebas (baca: Liberal-isme-) ? Tidak Lebih dari berbagai macam Retorika Indah, ya Retorika dan tidak Lebih. Analog sederhananya demikian, Sebagai representasi kebudayaan Hebat akan dihasilkan oleh orang orang yang berada lingkungan budaya tersebut yang memegang budaya mereka sebagai karya Idealisme, pantaslah lahir karya karya Agung baik dalam Hal Materiial ataupun humaniora. Sebaliknya, kebudayaan yang katanya hebat, namun dihasilkan oleh orang orang yang sebenarnya `tidak hebat`, tidak punya arah hidup, sehingga akan membuat bingung sendiri orang yang ada dalam budaya tersebtu, sebelum akhirnya memang tidak akan menghasilkan budaya Apa apa. Yang kedua tersebut diatas, adalah penggambaran saya atas sekumpulan orang orlang yang merasa hebat, tapi masih perlu kita kasihani atas kehambaran/kegalauan dalam menatap budaya di masa depan mereka, yakni orang orang budaya bebas (baca: Liberal-isme-) Kasihanilah orang liberal : Mereka adalah Orang yang tengah mencari Identitas hidup, disisi lain tidak tegas dengan hidup mereka sendiri. [caption id="" align="alignnone" width="387" caption="Fast Furious, Film `Liberal` rasa mint, eh, rasa  Filsafat Nonlib."]

Film `Liberal` dengan sentuhan Filsafat Nonlib.

[/caption] Bybusway,  ingatan saya melayang pada secarik kertas kecil catatan saya dari apa yang p ernah saya tonton dari mengikuti Film Fast Furious yang Tokyo Drift, Han`s, Tokoh Hero dari Jepang itu, ketika memberi Nasehat kepada anak Ingusan Amerika Sean. Dia bilang, kurang lebih demikian: Uang..? Aku sudah punya Uang. Yang Kubutuhkan Adalah Kharakter!. Kamu Tahu? Orang orang dibawah sana? mereka membiarkan ketakutan membimbing mereka! (ketika itu Han dan bocah ingusan itu berada di atas sebuah Gedung) Hidup itu simple, Ambil Keputsan dan Jangan Pernah menyesali! [caption id="" align="alignnone" width="484" caption="Hans, Sebuah Figur Elang. Hidup itu simple, Ambil Keputsan dan Jangan Pernah menyesali!"]

Hans; figur `karang` dalam Film Ini

[/caption] Saya sangat mengagumi sebuah percakapan biasa, tapi memiliki makna yang sangat dalam, tTerutama point terakhir, Hidup itu simple, Ambil Keputsan dan Jangan Pernah menyesali!  Sebuah Nilai hidup untuk memiliki sikap Pemberani, ksatria, sekaligus penuh perhitungan depan belakang, sebelum akhirnya : Jangan Pernah Menyesal. Nah, point inilah yang membedakan, bila anda adalah agamawan/budayawan, bila mau membandingkan diri dengan orang-orang budaya bebas (baca: Liberal-isme-) Subjektif penilaian saya berkata, orang orang yang selalu berusaha `lari dari kenyataan, rupanya tidak pernah mengambil keputusan,  sebab takut Menyesal. Oleh itulah, diatas saya tulis, Kasihanilah orang liberal:  Mereka adalah Orang yang tengah mencari Identitas hidup, disisi lain tidak tegas dengan hidup mereka sendiri. `Bagi saya, dan seharusnya kita, Nasehat ini memiliki Arti mendalam. bahwa kehidupan yang kita jalan bukan ilusi. Orang boleh punya idealisme setinggi gunung, tapi kalau lapar juga tetap butuh makan. Tentu Juga termasuk orang yang berideologi Liberal, toh, kalau lapar, juga tidak bisa Liberal alias tidak bisa Bebas. Terpaksa tidak bebas dengan harus Tetap Kerja, entah dengan Bos, atau dalam dunia usaha mereka. Atau minta Papa-Mama sesuap Nasi!. Nah, keputusan sejenis ternyata berfungsi sentral dalam memberikan batasn batasn psikologis kita dalam melakukan hal hal yang sudah bersifat kepepet, survival hidup, seingga Liberal is Nothing. Atau kalau ada yang bilang bilang seseorang itu Liberal, yang benar, hanya condong ke satu pola pikir tertentu. Tapi, 100% Liberal? jelas, Omdo is Jebrettt!! Dari pelajaran sastra Arab yang pernah saya pelajari ketika sekolah menengah, diantara  hal yang sangat membekas dalam diri saya, adalah nilai filsafat arab yang berbunyi : Hurriyatul-mar-i- mahduudatun bihurriyati Ghoirihi. Maknanya, Kebebasan seseorang itu terbatasi (menjadi terbatas) pada titik kebebasan orang lain berada itu dimulai. [caption id="" align="alignnone" width="320" caption="100% Ilusi : sudah tidak mampu tayang (lagi)"]

100% Ilusi : sudah tidak mampu tayang (lagi)

[/caption] Oleh itulah, jangan terlalu suka muter muter dengan pikiran bebas yang (terlalu) tanpa batas (yang Jelas). Sebab, bisa jadi, anda dalam kategori orang yang suka Ilusi. [] Natal dari pandangan pandangan nonKristen Ini jalan mendobrak Patriarki Anak Kecil Belajar Poligami?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline