Selama pandemi covid-19 banyak sekali orang Indonesia yang sakit dan meninggal dunia, baik karena covid-19, maupun bukan covid-19, bahkan setelah dilakukan imunisasi dengan beberapa produk vaksin covid-19 yang ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan, malah telah muncul rumor yang amat populer tentang kasus kematian anak-anak yang diduga ada hubungan erat dengan vaksin covid-19 yang diproduksi oleh salah satu pabrik farmasi.
Meski sampai saat ini belum diketahui penyebab pastinya. Oleh sebab itu Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI pun membantah dengan tegas rumor yang berpotensi meresahkan masyarakat tersebut.
Selain telah beredar rumor tersebut, juga ada kabar yang sangat menggembirakan tentang kehebatan metode imunisasi dengan produk Vaksin Nusantara, yang beda jauh sekali dengan metode vaksinasi dengan produk-produk vaksin covid-19 lainnya, yaitu: Kasus Vanessa yang jadi terkenal juga.
Setelah Vanessa keluar dari salah satu rumah sakit besar dan karena tidak sembuh dari sakit autoimun, maka ia dibawa oleh orang tuanya ke Profesor Dr. dr. Terawan A. P, SpR dan diambil darahnya pada tanggal 1 April 2022. Seminggu kemudian, tepatnya pada 8 April 2022 Vanessa akhirnya menerima Vaksin Nusantara langsung dari beliau.
Bagi masyarakat Indonesia yang semakin cerdas setelah mengkonsumsi informasi yang sangat penting ini, malah lebih cepat merespon daripada para pakar yang terkesan "anti Terawan" atau "anti Vaksin Nusantara", dengan berasumsi bahwa seandainya kami yang sudah divaksin dengan produk vaksin yang bukan Vaksin Nusantara, juga diambil sampel darah kami agar bisa diberi Vaksin Nusantara seperti Vanessa, mungkin kami bisa menjadi lebih sehat daripada tanpa diberi Vaksin Nusantara.
Sebagai dokter umum yang tidak berkompeten memberikan pernyataan ilmiah kedokteran seputar metode pemberian Vaksin Nusantara, saya hanya menyarankan kepada para pakar yang berkompeten dan kebetulan juga "anti Terawan" atau "anti Vaksin Nusantara" agar segera meninjau kembali asumsi dan pendapat Anda sebagai pakar kedokteran yang berkompeten dalam hal ini, setelah ada keberhasilan pemulihan kesehatan Vanessa setelah ia mendapat Vaksin Nusantara.
Sebenarnya mudah sekali untuk adakan penelitian bagi para peminat Vaksin Nusantara, cukup pilih saja 100 pasien autoimun dan non autoimun yang sudah bolak-balik ke dokter spesialis tapi belum sembuh lebih dari setahun (50 yang autoimun dan 50 non autoimun), masing-masing diambil sampel darahnya tanggal 29 Juni 2022 dan 7 hari kemudian diberi Vaksin Nusantara, lalu dievaluasi tiap hari sampai sebulan, apa yang terjadi pada mereka. Saya sangat yakin mereka akan semakin sehat bila dibandingkan dengan 100 pasien lain yang juga didata tapi tidak diberi Vaksin Nusantara.
Mengapa saya usulkan tanggal 29 Juni sebagai tanggal dimulai pengambilan sampel darah? Karena pada tanggal tersebut di Tahun 1991, saya dilantik sebagai Dokter Umum di Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, Surabaya.
Walaupun usulan saya ini mungkin tidak bisa dilaksanakan oleh beliau karena kesibukannya, tapi yang penting sudah diketahui oleh masyarakat sehingga mereka semakin berminat bahwa mereka juga perlu Vaksin Nusantara untuk menyehatkan mereka.
Sayangnya proses untuk memperoleh ijin penggunaan Vaksin Nusantara, tidak semudah proses pemberian ijin penggunaan vaksin produk lain yang sampai 3 kali vaksinasi, padahal dengan metode pemberian Vaksin Nusantara cukup sekali seumur hidup dan manfaatnya melebihi produk-produk vaksin yang telah diakui oleh WHO dan BPOM.
Demikianlah sekilas respon dan saran saya sebagai dokter umum, terhadap Metode Pemberian Vaksin Nusantara yang sangat berpotensi untuk menyehatkan seluruh masyarakat Indonesia tercinta ini.