Lihat ke Halaman Asli

Hanom Bashari

wallacean traveler

Terpesona saat Mengunjungi Cagar Budaya Megalitik Pokekea

Diperbarui: 23 Desember 2021   03:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Beberapa arca dalam area Situs Megalitik Pokekea di Lembah Behoa, Sulawesi Tengah (@Hanom Bashari)

Adzan subuh berkumandang keras walau agak terlambat, dari masjid yang berada tepat di samping Penginapan Berkat, tempat saya menginap di Desa Doda. Kabut masih menghantam permukaan tanah kering di awal Desember 2021 ini, ketika saya kembali ke penginapan setelah subuhan tadi.

Mungkin ini 18 derajat, pikir saya kedinginan di jalan. Saya kembali ke kamar yang nyaman, membuka hape yang tiada bersinyal 4G, saya pun kembali terlelap.

Tepat jam tujuh pagi, Arnol Winono [44 tahun] teman baru saya di Doda sudah tiba di penginapan. Kami bertiga, bersama Om Donatus [50], segera pergi sarapan ke rumah makan yang konon satu-satunya di Lembah Behoa ini, yang berada di muka Puskesmas.

Desa Doda merupakan satu dari lima desa yang berada di Lembah Behoa, dalam Kecamatan Lore Tengah, di Kabupaten Poso Sulawesi Tengah. Lembah nan legendaris, dengan ketinggian sekitar 1.200 meter di atas permukaan laut. Satu dari beberapa lembah paling masyhur di dataran tinggi lanskap Lore Lindu, selain Bada, Napu, dan Lindu.

Kemarin kami baru saja datang dari Palu, dalam perjalanan hampir lima jam menempuh sekitar 160 kilometer. Jalanan yang umumnya baik dilalui cukup santai oleh Om Donatus. Setelah mengecek beberapa lokasi pekerjaan di lembah ini, sebelum kembali ke Palu, saya ingin melihat beberapa hal yang katanya cukup spektakuler di sini.

"Jadi, bagaimana rute kita hari ini?", tanya saya kepada Arnol di sela sarapan nasi goreng.

"Kita mulai dari Lempe saja dulu, setelah itu baru ke Pokekea, Tadulako, dan nanti kita lihat kalau sempat ke beberapa tempat lain di Doda".

Dibonceng Arnol dengan sepeda motornya, saya meninggalkan Om Donatus di penginapan, yang katanya masih ingin istirahat setelah lelah seharian kemarin. Ya, pagi ini kami akan mengunjungi beberapa situs megalitik, yang tersebar hampir di setiap sudut Lembah Behoa ini.

Menurut Laporan Kajian Delineasi Kawasan Megalitik Lore Lindu oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCP) Gorontalo pada 2018, di Lembah Behoa ini tercatat tinggalan arkeologi sebanyak 825 buah yang tersebar di 32 situs. Tentulah, kami hanya akan mengunjungi beberapa saja saat ini.

Megalit sendiri memiliki arti batu besar, karena berasal dari kata Yunani yaitu megas yang berarti besar dan lithos yang berarti batu. Sedangkan megalitik atau bangunan megalitik menurut KKBI kita disebutkan sebagai "bentuk bangunan yang bermacam-macam yang digunakan untuk pemujaan terhadap arwah nenek moyang".

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline