Lihat ke Halaman Asli

Hanom Bashari

wallacean traveler

Pindah Antar-Kapal di Tengah Laut: Antara Ketegangan dan Kesigapan

Diperbarui: 4 September 2021   18:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Beberapa desa di pesisir Halmahera yang tidak memiliki dermaga, harus siaga pindah antar kapal jika akan menaiki kapal yang lebih besar. (@Hanom Bashari)

2008-2010. Halmahera dan Ternate, Maluku Utara

Setelah lepas dari pelabuhan Tobelo, Halmahera Utara, kapal kayu penumpang reguler yang kami tumpangi melintas Teluk Kao semalaman dan di pagi yang cerah, kami tiba di desa pertama di sisi timur Halmahera Timur, Iga.

Tidak ada dermaga di desa ini. Saya dan beberapa penumpang duduk di atas dek kapal, menikmati hangatnya matahari yang mulai muncul di hadapan kami dan melihat kesibukan yang terjadi. Desa ini masih belum desa tujuan kami berhenti.

Beberapa perahu kecil dengan mesin ketinting masing-masing membawa beberapa orang di dalamnya, melaju ke arah kapal kami. Namun terdapat  juga beberapa perahu kecil lain hanya berisi pembawa perahu. Pintu pada salah satu sisi lambung kapal telah terbuka dari tadi. Beberapa orang saling berteriak.

Karena tidak ada dermaga desa, maka penumpang yang akan naik ke kapal kami, mereka diantar dengan perahu kecil dari pantai sampai naik ke kapal. Begitu juga sebaliknya, penumpang yang akan turun juga di-transfer menggunakan kapal kecil ini, untuk sampai ke pantai desa. Tentu ada ongkosnya untuk jasa transfer ini.

Perahu kecil dari desa mengantar penumpang menuju kapal yang lebih besar, di pesisir Halmahera. (@Hanom Bashari)

Keramaian ini tak lama, karena kapal segera angkat jangkar kembali menuju desa tujuan berikutnya. Desa tujuan kami sendiri belumlah setengah perjalanan ini.

Menjelang sore, akhirnya kapal kami tiba di depan perairan Desa Miaf, masih di Halmahera Timur, namun di sisi timur semenanjung . Jelas tidak ada juga dermaga desa, karena kapal kami sudah dikelilingi oleh kapal-kapal kecil yang telah membawa penumpang dari desa, sekaligus mengantar penumpang kapal yang akan menuju Desa Miaf. Ya, itu termasuk kami.

Baca juga: Mengiris Hamparan Laut Teduh di Teluk Kao

Kesibukan, keributan, dan ketegangan segera terjadi. Pemuda-pemuda di perahu-perahu dari desa sibuk memindahkan puluhan karung ke dalam kapal. Sementara penumpang dari perahu kecil ini juga saling berebut berlompatan masuk ke dalam kapal besar, sementara penumpang dari kapal besar berteriak-teriak takut ketinggalan kapal kecil ini. Wajar juga, kalau sampai ketinggalan, terpaksalah dia turun di desa sebelah.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline