Lihat ke Halaman Asli

Kala Si "miskin" Meninggal

Diperbarui: 24 Juni 2015   18:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Hari ini rencana ingin menelpon ibu terlaksana juga, bahkan sebelum aku menelpon, adik bungsuku sudah menelpon duluan. Setelah tanya kabar dan cerita lainya, ibu memeberikan kabar bahwa salah seorang tetangga yang masih ada hubungan keluarga walaupun jauh, namun begitulah kehidupan di sebuah dusun yang kekerabatanya sangat kuat. Ibu mengabarkan bahwa Mbah Mus, begitu dia biasa di sapa, seorang wanita tua, pengidap ayan, atau yang lebih populer di daerahku di sebut dengan "Sawan Celeng" entah apa hubunganya penyakit itu dengan hewan yang dikenal cukup ganas itu. Namun konon, jika si penderita sedang kumat maka harus dijauhkan dari api atau air, karena bisa mati di kedua jenis benda itu. Sebenarnya aku juga tidak terlalu mengetahui bagaimana penyakit itu bisa menjangkiti seseorang. Tapi menurut orang tua jaman dulu ada mitos tertentu yang menyebabkan penyakit itu. Dan apakah ini kebetulan atau memang benar adanya bahwa pengidap "sawan celeng" bisa mati saat dia di air, karena tadi siang Mbah Mus ditemukan sudah meninggal di sebuah saluran irigasi dekat jalan menuju dusunya. Miris sekali mendengar ceritanya.

Mbah Mus adalah seorang yang sedikit tak beruntung karena dari pernikahanya dengan seorang duda tetangga dusun debelah tak mempunyai keturunan, tapi dari suaminya mempunyai beberapa anak. Ibu lanjutkan ceritanya, bahwa semalam Mbah Mus masih ngaji di mushola dekat rumah, dan pagi tadi sepulang menjajakan sayuran yang tak seberapa banyak, terkadang bahkan hanya tiga atau lima ikat saja, Mbah Mus jual ke pasar sayur yang jaraknya sekitar 2,5 km dengan jalan kaki. Bahkan tak jarang sayuran itu tak laku terjual seperti yang pernah ibu lihat sendiri. Mbah Mus termasuk orang yang ulet, meskipun terkadang terlihat seperti orang linglung. Sedih sekali mendengar cerita itu, mungkin Mbah Mus hanya ingin mempunyai sedikit uang simpanan dari jerih payahnya sendiri tanpa harus meminta kepada anak yang bukan anak kandungnya. Hal ini jadi mengingatkan bagaimana kewajiban kita sebagai anak atau keluarga wajib memperhatikan keluarga atau orang tua, jangan sampai di hari tua mereka menjadi terlunta lunta. Dan sekarang Mbah Mus telah terbebas dari "sawan Celeng" yang ada didirinya sejak kecil dan semoga khusnul khotimah, di terima seluruh amalnya dan diampuni seluruh dosanya amin




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline