Lihat ke Halaman Asli

Hana Zahir

mahasiswi

Hepatitis Akut di Jatim dan Kredibilitas Media

Diperbarui: 21 Mei 2022   15:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Dijaman yang sudah sangat canggih saat ini rata -- rata manusia membaca berita menggunakan media online berita. Banyak sekali media online berita yang dapat ditemui. Dengan adanya kecanggihan inilah semua manusia dituntut untuk mengikuti perkembangan zaman digital.

Beebicara tentang media maka pengertian Media adalah alat yang dapat membantu kebutuhan dan kegiatan, dan dirancang untuk membuat hidup lebih sederhana bagi mereka yang menggunakannya. Dalam proses pendidikan, media sering dicirikan sebagai alat grafis, fotografi, atau elektronik untuk merekam, memproses, dan menyusun kembali informasi visual atau lisan.

Termasuk pada pembuatan atau penerbitan berita seharusnya media massa tersebut bisa untuk menjaga kredibilitasnya. Kredibilitas media merupakan hal yang sangat penting dan harus dijaga. Intinya, media bereputasi selalu mengutamakan tanggung jawab dan akuntabilitas. Secara jurnalistik, kepercayaan media seringkali dibangun dengan menghormati prinsip-prinsip jurnalisme, baik dari segi prosedur dan etika, kepatuhan terhadap standar jurnalisme (praktik terbaik media demokratis), dan kepatuhan terhadap hukum. Apakah itu cukup untuk membangun kepercayaan? Tidaklah cukup tanpa misi publik, baik sebagai juru bicara publik, mengayomi publik, dan menjadi garda depan publik.

"Pada siapa media harus menanggung atau menjaga kepercayaan?" mengajukan pertanyaan. Apakah media hanya perlu kredibel di depan publik, atau haruskah juga kredibel di depan otoritas publik, atau keduanya?"

Dalam masyarakat demokratis dan sistem politik dan sosial, kredibilitas media harus berlaku sama bagi masyarakat dan penguasa, atau setidaknya secara seimbang. Namun, media, atau organisasi apa pun, atau bahkan orang, sering kali dihadapkan pada sebuah keputusan. Media, menurut definisi, adalah lembaga publik. Jadi, ketika diberi pilihan, media harus berpihak pada rakyat, apalagi jika penguasa sama sekali tidak bekerja untuk kepentingan publik, apalagi melanggar hak publik atau menindas publik. Namun, tidak menutup kemungkinan publik akan bertindak sewenang-wenang atau akan terjadi eksploitasi publik untuk tujuan yang bukan untuk kepentingan publik.

Seperti halnya dengan pemberitaan media massa yakni terkait suspek Hepatitis akut di jatim yang berjumlah 114. Dimana dengan adanya pemberitaan tersebut menimbulkan keresahan. Padahal isu tersebut merupakan isu yang dimana sebenarnya diwilayah jatim tidak ada atau terbebas dari adanya Kasus Hepatitis akut. Karena suspek tersebut menimbulkan kesalah pahaman terhadap pembaca. Sehingga para pembaca atau orang -- orang yang mengkonsumsi isi dari berita yang ditayangkan tersebut mengira bahwa isu tersebut merupakan sebuah isu yang benar terkait kasus Hepatitis akut.

Pemberitaan seperti itu bukan hanya membuat masyarakat menjadi resah, akan tetapi membuat kredibilitas media diragukan. Karena sebagai seorang jurnalis harusnya bisa untuk menjunjung tinggi terkait elemen -- elemen jurnalisme. Dengan membeberkan terkait isu -- isu kontemporer yang asli, Tanpa rekayasa.

Karena tugas dari media online yang memiliki fungsi sebagai media massa adalah Media harus bijak dalam memilih dan mengkategorikan informasi agar masyarakat lebih tenang dalam menghadapi kasus Hepatitis Akut. Karena tidak ada filter, media bisa memberitakan apa saja. Beberapa orang yang ceroboh mengambil keuntungan dari ini.

Dan jika sebuah media tidak bisa untuk membeberkan terkait isu yang sedang beredar dilapangan dengan benar maka ada cara lain yang bisa dilakukan oleh media online tersebut. seperti halnya yakni dengan membeberkan bagaimana gejala atau tips yang ditimbulkan dari Hepatitis akut. Namun tetap menjaga Kredibilitasnya. Yakni seperti berikut ini :

Dilansir dari laman resmi sehat negeriku milik Kementrian kesehatan seorang Dokter membeberkan informasi yakni Menurut dr Syahril, individu yang diduga menderita hepatitis akut berusia antara 0 hingga 20 tahun. Paling banyak 6 orang anak usia 5-9 tahun, 4 orang usia 0-4 tahun, 4 orang usia 10-14 tahun, dan 4 orang usia 15-20 tahun.

Gejala hepatitis akut antara lain demam, mual, muntah, kurang nafsu makan, diare akut, lemas, perut tidak nyaman, nyeri otot dan persendian, penyakit kuning pada mata dan kulit, gatal-gatal, dan air seni yang terlihat seperti air teh.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline