Candi Surowono terletak di Dusun Surowono, Desa Canggu, Kecamatan Pare, Kabupaten Kediri. Candi Surowono hanya tersisa bagian bangunan kaki saja, namun walaupun hanya meninggalkan bagian kaki candi, candi ini terlihat sangat gagah. Karena kaki candi terlihat berukuran sangat besar.
Candi Surowono memiliki nama lain yakni Candi Wishnubhawanapura. Sama halnya seperti Candi Penataran Blitar yang memiliki nama Candi Palah. Asal usul dari Candi Surowono, perkiraan dibangun pada abad ke-14. Candi Surowono ini dibangun untuk memuliakan seorang raja dari kerajaan Wengker, yang merupakan bawahan Majapahit. Diketahui Bhre Wengker wafat pada tahun 1388 M. Candi Surowono juga beberapa kali disebut dalam kitab Negarakertagama. Kemudian dikisahkan jika Sri Nata Wengker membuka hutan Surabana (Surowono), Pasuruan, Pajang. Pada bagian lain juga disebutkan jika Prabu Hayam Wuruk bermalam di Curabahna (Surowono) setelah perjalanannya dari Blitar.
Candi Surowono hanya memiliki ukuran 8 x 8 meter persegi, keseluruhan bangunan Candi Surowono tersusun atas batuan andesit. Di sekitar Candi Surowono juga terdapat beberapa arca. Salah satunya adalah arca Resi Agastya. Arca ini tanpa ada bagian bawah dan bagian atas karena sudah rusak. Arca ini terlihat seperti seorang pendeta yang berjenggot dan memiliki tubuh yang bungkuk dengan berhias sesuatu ornament di bagian telinga dan lehernya. Tangan dari arca ini seperti menyangga ke atas. Arca Resi Agastya juga ditemukan di tempat lain dengan bentuk sedikit lebih tegak dengan hiasan telinga yang lebih pendek.
Selain arca Resi terdapat juga patung raksasa yang disebut Gana. Raksasa Gaana ini dalam posisi duduk sementara kedua tangannya seolah-olah menyangga bagian atas candi. Patung Gana ini merupakan patung raksasa pelayan Siwa. Dalam beberapa sumber, Gana merupakan Ganesha namun ada juga yang menyebut, bahwa Gana merupakan pelayan Ganesha yang dipilih untuk melayani Siwa.
Candi Surowono meskipun hanya tersisa kaki candi saja, namun pengunjung masih bisa mengetahui kisah dari candi ini di batu andesit yang ada. Kondisi Candi Surowono ini bagian tubuh dan atapnya telah hancur, tidak diketahui apa penyebab hancurnya bagian tubuh serta atap candi. Reruntuhan Candi Surowono kemudian ditata sejajar di halaman candi. Walaupun bagian atasnya hancur namun bagian kaki candi masih terdapat relief yang terpahat jelas. Relief di kaki Candi Surowono menggambarkan kehidupan sehari-hari. Selain itu juga ada Tantri atau relief binatang.
Masing-masing relief ini dipahat pada bingkai seolah-olah menjadi frame kisah-kisah. Ada dua kelompok relief cerita yang terpahat pada dinding kaki Candi Surowono ini. Pada bagian dinding yang Panjang sebelah utara dan barat daya menggambarkan relief Arjuna Wiwaha atau Mintaraga. Sementara pada bagian pendek pada timur laut menggambarkan relief Bubuksah dan Sri Tanjung. Relief Candi Surowono ini sangat unik.
Relief yang terpahat pada dinding kaki candi ini juga tidak runut. Kisah Arjuna Wiwaha dimulai dari belakang candi dan dipahatkan berlawanan dengan arah jarum jam atau prasawya. Jika ingin melihat relief ini harus memutar arah, kelanjutan cerita relief ini dimulai dari bagian depan sisi utara candi dan dipahatkan secara Pradakshina atau searah jarum jam. Kemudian ceritanya berakhir di bagian depan sisi selatan. Cerita Bubuksah Gagang Aking dan Sri Tanjung dipahatkan pada sudut-sudut candi. Bubuksah dipahatkan secara Prasawya. Sebuah keunikan tersendiri, yang hanya bisa ditemukan di Candi Surowono.
Kisah relief Candi Surowono
Kisah Sri Tanjung
Penggalan relief Sri Tanjung di salah satu dukut candi menceritakan tentang pasangan kekasih Sidapaksa dan Sri Tanjung. Suatu saat mereka harus berpisah karena Sidapaksa diutus pergi untuk sebuah misi. Ketika Sidapaksa kembali, ia menuduh Sri Tanjung tidak setia, dan kemudian membunuhnya. Relief paling kiri menceritakan Ketika Sidapaksa menyadari kesalahannya dan merasa sangat putus asa. Relief di sebelahnya memperlihatkan Sri Tanjung tengah naik seekor ikan besar untuk menyebrangi sungai di dunia orang mati. Kemudian Relief paling kanan adalah Ketika Sri Tanjung ditolak masuk ke dalam surga, karena Sri Tanjung waktu ajalnya belum tiba. Relief di sebelah kiri menunjukkan Ketika Durga menghidupkan kembali Sri Tanjung, dan relief paling kanan adalah Ketika Sidapaksa dan Sri Tanjung dipersatukan kembali.
Kisah Bubuksah dan Gagang Aking