Menjalani kehidupan dengan seseorang yang mencintai kita dan tentunya dengan ia yang mencintai kita merupakan sesuatu yang pasti diinginkan oleh setiap orang.
Tak hanya berakhir pada hubungan berpacaran semata, namun berorientasi pada jenjang pernikahan dan menjalin hubungan yang sakral sehingga memiliki keturunan untuk melanjutkan generasi di masa mendatang.
Namun, pada kenyataannya menjalin hubungan percintaan tidak selalu indah seperti kisah Romeo dan Juliet, Rose dan Jack, Rama dan Shinta maupun Adam dan Hawa.
Selalu ada masalah yang muncul dalam membina hubungan percintaan dan salah satunya adalah perselingkuhan. Hadirnya orang ketiga atau yang akrab disebut 'pelakor' dalam hubungan. Hal ini tentu saja menyebabkan kerugian bagi salah satu diantara kedua belah pihak yang diselingkuhi sehingga dapat memicu pertengkaran dan perselisihan antar pasangan.
Bahkan, berdasarkan laporan yang didapat dari Statistik Indonesia menyebutkan pada tahun 2022 tercatat ada sebanyak 516.344 pasangan yang bercerai dengan perselisihan/pertengkaran yang menjadi faktor paling banyak penyebab terjadinya perceraian dengan persentase 63,41% atau sekitar 284.169 pasangan.
Adapun faktor yang dikarenakan meninggalkan salah satu pasangan menempati urutan ketiga terbanyak dengan persentase 8,78 % atau kurang lebih sekitar 39.359 pasangan.
Dengan angka yang sebanyak itu, tidak menutup kemungkinan salah satu penyebab terjadinya perselisihan/pertengkaran yaitu karena adanya perselingkuhan yang dilakukan salah satu pihak.
Melihat dari banyaknya kasus perselingkuhan di sekitar kita terkadang membuat kita bertanya-tanya, apakah yang menjadi penyebab terjadinya perselingkuhan?
Padahal tidak sedikit pasangan yang sudah menikah sampai belasan atau puluhan tahun dan dikaruniai buah hati. Tapi masih saja perselingkuhan itu tidak dapat terelakkan. Jadi, mengapa perselingkuhan rentan terjadi sekalipun pasca menikah?