Lihat ke Halaman Asli

Hana Santika Ahdanty

Mahasiswa yang ingin menulis..

Perlukah Menerapkan Bahasa Baku dalam Kehidupan Sehari-hari?

Diperbarui: 28 Juni 2021   13:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Penggunaan bahasa baku dalam kehidupan sehari-hari sangat jarang dilakukan oleh masyarakat. Pasalnya memang bahasa baku ini tidak digunakan untuk percakapan biasa. Tidak heran jika banyak yang tidak memahami aturan bahasa baku yang berlaku itu sendiri.

Bahasa baku merupakan bahasa yang sesuai dengan pedoman yang telah ditentukan. Bahasa baku digunakan ketika acara formal, surat-menyurat ataupun laporan. Bahasa Indonesia yang baku berpedoman pada PUEBI (Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia) yang mengatur ejaan-ejaan kata yang diucapkan dalam bahasa Indonesia. Selain itu kata baku juga menentukan bagaimana bahasa baku itu diterapkan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) didalamnya berisi kata-kata yang telah menjadi bahasa Indonesia secara resmi dan baku. Karena banyak kata serapan atau kata adopsi dari bahasa asing yang kemudian ditetapkan menjadi bahasa kita, maka diperlukan aturan yang membatasinya.

Salah satu penyanyi solo yang cukup terkenal dan bisa dibilang unik, menerapkan bahasa baku dalam kehidupan sehari-harinya. Nadin Amizah. Ia kerap kali menggunakan bahasa baku dalam postingan-postingan di akun sosial medianya. Kecintaannya terhadap sastra terutama sastra Indonesia jg ditunjukkannya melalui lagu yang tentunya menggunakan kata-kata baku.

Nadin mematahkan anggapan bahwa penggunaan kata baku akan terkesan membosankan. Pada lagu yang dibawakannya, kata baku dibungkusnya menjadi sesuatu yang cukup indah dan menarik. Namun karena masih sangat jarang orang yang menerapkan bahasa baku dikehidupan sehari-harinya, banyak netizen yang menganggapnya 'sok indie'.

Penggunaan bahasa baku menurut penulis sendiri perlu dikampanyekan. Jangan sampai, terlalu banyaknya distraksi bahasa yang tersebar di masyarakat membuat kita lupa akan bahasa sendiri. Ketidaktahuan yang terus dianggap biasa akan menjadi suatu fenomena dimana kecintaan kepada bahasa sendiri akan memudar seiring waktu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline