Lihat ke Halaman Asli

Hanan Wiyoko

Saya menulis maka saya ada

Sah-sah Saja, Merangsang Anak Puasa dengan Iming-iming Hadiah

Diperbarui: 2 Mei 2021   16:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kisah Untuk Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

Banyak kiat untuk mengajak anak beribadah. Salah satunya dengan memberikan rewards atau hadiah. Misalnya, kalau sebulan penuh berpuasa Ramadan  anak mendapatkan hadiah kesukaannya.

TAHUN ini menjadi kali pertama anak saya, Malika Yasmin usia 8 tahun berniat sungguh-sungguh berpuasa Ramadan. Dia tidak ingin batal puasa atau medhot puasa satu hari saja. Padahal anak seusianya belum banyak yang konsisten berpuasa Ramadan full sebulan. Menurut saya, dia hebat.

Apa yang membuatnya semangat? Tidak lain karena dia tergiur hadiah. Ya, bila full berpuasa sebulan penuh saya janjikan padanya akan mendapat hadiah sepeda lipat. Hadiah sepeda merupakan barang yang diidam-idamkannya. Maka, dia berpuasa dengan sungguh-sungguh. Mulai ikut bangun sahur, menjalankan salat fardlu, salat tarawih, berlatih membaca tartili, serta berbuka puasa bersama.

Dibandingkan puasa tahun lalu, keseriusan untuk berlatih beribadah mulai terlihat di tahun 2021 ini. Apakah karena iming-iming tadi, atau karena bertambahnya usia serta perintah dari ustadzahnya di sekolah. Tapi bisa jadi, gabungan dari ketiga faktor tersebut.

Hadiah dan Motivasi

Memberikan hadiah atau rewards sebagai iming-iming penyemangat tentu bukan barang baru. Barangkali kita masih ingat, saat kecil dahulu juga mendapatkan hadiah serupa dari orangtua atas keberhasilan atau prestasi-prestasi tertentu. Jadi memberikan hadiah sebagai motivasi atas jerih payah merupakan hal yang lumrah .

Menurut psikolog anak dan remaja, Vera Itabiliana Hadiwidjojo, S.Psi, M.Psi., dikutip dari situs parenting.co.id, menyebutkan memberikan iming-iming hadiah dari orangtua terhadap anak untuk merangsang menjalankan ibadah diperbolehkan atau sah-sah saja. Dari sisi kajian psikologi, Vera yang bergiat di Lembaga Psikologi Terapan Universitas Indonesia memberikan alasan karena tahap pemikiran anak dengan usia di bawah 10 tahun masih berkisar pada hal-hal yang bersifat konkret atau berwujud saja.

Ia menambahkan bahwa anak-anak dalam tahap perkembangannya masih didominasi motivasi ekstrinsik untuk melakukan sesuatu. Motivasi ekstrinsik artinya keinginan akan mendapat keuntungan dari orang lain bila melakukan sesuatu.  Inilah yang membuat anak-anak dibawah usia 10 tahun lebih bersemangat mengerjakan sesuatu bila mendapat hadiah. Artikel lengkap bisa dibaca disini.

Jadi bagi para orangtua, bisa mencoba memberikan motivasi kepada anak untuk menjalankan latihan puasa Ramadan dengan memberikan iming-iming hadiah. Tentunya disesuaikan dengan kemampuan dan kondisi masing-masing. (*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline