Demen (suka) ama issue politik itu tidak lain adalah suatu ekspresi dalam berpolitik (yaaa hanya sekedar mengekspresikan hobi sahajaa). Tapi, mencari fakta dan kebenaran dalam issue politik agar banyak orang tercerahkan, yang sebelumnya jahiliyah dan bengkok atau terkena imbas "debu propaganda" adalah tugas kemanusiaan selaku manusia yang memiliki bathin agar sama-sama menapaki jalan lurus (kebenaran).
Barang jadi, seseorang tak memilih sosok Jokowi karna faktor 5 tahun yang silam tepatnya 2014 telah memilih Jokowi dalam pilpres. Lalu selama periode beliau berkuasa, seseorang tadi tak menemukan apa yang menjadi harapannya. Tak merasakan profit oriented, tak mengenyam kepentingan oriented bahkan berasa tertipu oleh jargon kesederhanaan dan merakyatnya sosok Jokowi dipilpres 2014 yang lalu.
Jangan bilang satu suara dalam pilpres itu tak punya nilai profit oriented terhadap sipemilih. Jika sipemilih itu adalah pemilik (petani getah) ataupun toke getah (karet) maka, yang menjadi asa (harapan) buat mereka adalah bagaimana campurtangan kebijakan ekonomi pemerintah agar harga getah meroket dipasaran. Meskipun kenyataannya harga karet murah atau mahal tergantung terhadap DEMAND dan SUPPLY produksi getah itu sendiri. Kualitas yang jelek dari getah karet itu sendiri juga mampu menyumbangkan merosotnya harga getah dipasaran. Hal lainnya yang juga mempengaruhi adalah melimpahnya produksi getah (over produksi) yang mengakibatkan membanjirnya produksi getah dipasaran juga membawa peluang harga getah merosot.
Al-hasil karna tak menyadari dua hal diatas (kualitas yang jelek & over produksi), maka ujug-ujug tanpa didasari akal sehat si petani dan toke getah tadi, melampiaskan kekesalannya dengan menyalahkan dan menjelekkan pemerintah yang sedang berkuasa. Itulah salah satu faktor masyarakat awam ogah kembali memilih Jokowi. Hilang sedikit akal sehat, karna berharap banyak dari campurtangan kebijakan pemerintah berkuasa.
Bersambung Part 2 ...
Oleh Pitopangsan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H