Lihat ke Halaman Asli

Hana Marita Sofianti

Praktisi Pendidikan Anak Usia Dini, Guru , Blogger, Ghost Writer, Founder MSFQ

Banjir, Musibah atau Anugerah?

Diperbarui: 5 Januari 2020   18:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dok. hana marita


Pemberitaan di televisi atau medsos penuh dengan peristiwa banjir yang tak pernah luput menjadi santapan menu tahunan di ibukota saat ini. Betapapun kejadian ini sangat membuat hati terenyuh dengan kondisi yang di alami korban bencana tersebut. Bagaimana tidak? Yang menjadi persoalan dan kekhawatiran adalah korban banjir balita yang daya tahan tubuhnya mungkin tidak akan sama dengan ukuran orang dewasa.

dok. hana marita

Pekan ini pemberitaan banjir menjadi suatu sorotan dan topik terhangat yang di perbincangkan di semua lini media baik itu dunia maya atau breaking news pertelevisian swasta.

dok. hana marita

Tentu hal ini menjadi lelucon netizen juga ketika tag line yang di pantau oleh salah satu medsos yang merupakan pemberitahuan apakah anda selamat dari bencana tersebut atau apa yang anda butuhkan untuk meminta pertolongan di pemberitahuan media tersebut. 

dok. hana marita

dok. hana marita

Banjir sudah bukan merupakan lelucon lagi, rasanya tak patut perikemanusiaan kita saling menyerang bahkan kesannya membully dengan seribu bahasa kepada siapapun warga yang tinggal di lokasi tersebut yang terkena banjir.

Ketika banjir menjadi musibah, maka barang-barang yang ada di rumah sudah seperti sampah. Dan keimanan mulai goyah.

Yang mengherankan adalah kenapa banjir di Jakarta semua orang tidak pernah menyadarinya dan berupaya melakukan pencegahan massal sebaik dan sekecil mungkin, misalnya dengan tidak membuang sampah sembarangan dan membersihkan saluran air yang tersumbat, bukankah melakukan persiapan sebelum musibah itu datang adalah perlu? Seperti sedia payung sebelum hujan? Artinya sedia saluran air sebelum banjir, menjaga lingkungan itulah yang terpenting.

Persiapan mengahadapi curah hujan yang begitu tinggi seharusnya di lakukan jauh-jauh hari ketika kemarau tiba, bukankan kita juga yang meminta dan memohon turunnya setetes air dari langit ini kepada sang Pencipta? Hujan adalah rezeki itu kata orang tua zaman dahulu. Ya dan orang-orang yang kesusahan sekalipun Tuhan telah siapkan rezekinya tak kurang sedikitpun.

Wacana demi wacana di publikasikan untuk menyikapi dan menanggapi permasalahan di ibukota yang tak kunjung berhenti jika musim hujan tiba. Maka dari itu tidaklah salah jika Bapak no. Satu di Indonesia yakni Bapak Presiden Ir. Joko Widodo mempunyai planning dan hendak memindahkan Ibukota ke Kalimantan.

Selain Ibukota sudah tidak bisa di jadikan pusat pemerintahan juga mungkin karena dampak banjir ini yang menjadi alasan utama. Karena bagaimanapun akibat yang di timbulkan oleh banjir ini adalah dengan bekunya roda perekonomian negara secara tidak langsung sebab ibukota merupakan jantungnya sebuah negara.

Ketika warga +62 menganggap banjir yang terjadi di jakarta bukan musibah lagi tapi anugerah adalah dengan munculnya komentar-komentar nyeleneh bagi mereka yang menganggap ini sebuah rutinitas di Jakarta. Jadi bagi mereka banjir atau tidak banjir sama saja sudah biasa.

Apapun jenis bencana atau musibahnya untuk banjir khususnya pasti orang no. 1 di Jakarta akan terbawa-bawa siapapun itu akan terlibat dan menjadi dampak dan berpengaruh pada jabatannya. Dari mulai pemimpin Jakarta zaman dahulu hingga sekarang sudah tidak aneh lagi ketika pemberitaan mulai menyudutkan satu pihak ataupun membelanya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline