Lihat ke Halaman Asli

I HANA HAMDI

Just a human being trying to live justly

Macau Mencekam

Diperbarui: 7 Agustus 2021   00:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Panik! Itulah yang dirasakan warga Macau saat ini. Setelah hampir 500 hari tak punya kasus coronavirus, tiba-tiba ada klaster baru muncul di Macau! 

Empat penderita positif, 90 orang dianggap pernah menjadi kontak dekat, 280 orang ditetapkan sebagai penghuni zona merah, dan 700 lainnya dicurigai sedang menjadi pembawa (carrier). Bagi penduduk Macau, angka-angka ini fantastis. Istilah Zona Merah biasanya hanya mereka dengar dalam berita, tidak pernah menjadi penyebutan bagi salah satu area dalam kota.

Sudah setahun lebih pandemi Covid-19 terjadi. Macau, kota administratif khusus milik Cina, dianggap sebagai salah satu yang berhasil mengendalikan penyebaran wabah. 

Sebagai destinasi wisata yang terkenal dengan julukan Las Vegas-nya Asia, setiap tahun Macau dikunjungi oleh sekitar 30 juta wisatawan. Itu berarti tak kurang dari 80.000 orang per hari datang ke Macau. 

Ketika wabah coronavirus baru menyebar di Wuhan pada Desember 2019, beberapa turis asal Wuhan sedang berkunjung ke Macau. Dengan sigap pemerintah Macau melakukan penelusuran pada keberadaan mereka, mengumpulkan para petandang ke satu lokasi khusus untuk dikarantina, dan pada waktu yang sama memastikan jejak kontak mereka di dalam kota. Ketujuh kasus positif pertama itu seluruhnya adalah pelancong dari Wuhan. 

Untuk penduduk Macau sendiri, pemerintah memastikan jatah masker medis yang dapat dibeli dengan harga rendah di beberapa apotek dan puskesmas. Berbekal Kartu Tanda Penduduk atau kartu pengenal tanda pekerja nonpenduduk, 10 helai masker bisa diperoleh untuk keperluan 10 hari.  Pembeliannya tercatat ke sebuah sistem daring guna menghindari kecurangan. 

Tentu saja pada awal kabar merebak sempat terjadi panic buying yang mengakibatkan masker nyaris hilang dari peredaran. Masyarakat menyerbu pasar dan toserba, berbelanja stok bahan kebutuhan hidup secara agresif. Padahal, pemerintah kota telah meyakinkan warga bahwa Macau tidak kekurangan suplai.

Pada 24 Januari 2020, liburan tahun baru Cina resmi diperpanjang hingga waktu yang belum ditentukan. Kasino, yang merupakan sumber penghasilan terbesar Macau, diperintahkan tutup. Perlakuan yang sama ditetapkan pada tempat-tempat yang biasa menjadi pusat konsentrasi warga, semacam: taman, bioskop, stadion, gym, diskotek, tempat karaoke, spa, dll. Kunjungan ke kantor-kantor pelayanan publik hanya dapat dilakukan setelah membuat janji online.

Jalanan pun kosong. Hanya anjuran dan peringatan pemerintah terdengar dari pengeras-pengeras suara di setiap sudut kota. Warga yang merasa punya keluhan mirip gejala Covid-19 wajib meminta jemputan ambulans, bukan datang secara mandiri ke pusat kesehatan menggunakan sarana transportasi publik. 

Sementara itu, pemerintah mengimbau penduduk yang masih berada di luar daerah untuk pulang secepatnya. Dengan syarat, akan ada kewajiban 14 hari karantina bagi siapa pun yang datang dari luar. 

Sepanjang Maret 2020, Macau mencatat beberapa kasus tambahan yang terdiri dari para warga kota yang kembali dari berbagai negara. Tidak ada kasus impor yang menyebar menjadi kasus lokal, karena dari perbatasan semua mereka langsung diarahkan ke pusat-pusat isolasi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline