Lihat ke Halaman Asli

Hana FitriyatulLaili

Mahasiswi Universitas Negeri Malang

Kurikulum Merdeka sebagai Opsi dalam Mengatasi Krisis Pembelajaran Indonesia

Diperbarui: 15 Desember 2022   15:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Krisis pembelajaran di negara Indonesia terjadi akibat adanya pandemi Covid-19. Hilangnya pembelajaran (learning loss) serta meningkatnya kesenjangan pembelajaran semakin memperburuk keadaan. Pada tanggal 11 Februari 2022, diluncurkan Kurikulum Merdeka dan Platform Merdeka Mengajar yang diharapkan dapat mengatasi masalah krisis pembelajaran tersebut. Dalam upaya pemulihan pembelajaran tersebut berprinsip bahwa sekolah memiliki kebebasan untuk memilih kurikulum yang sesuai dengan kondisi atau kesiapan masing-masing sekolah yaitu Kurikulum 2013 secara penuh, Kurikulum Darurat atau kurikulum 2013 yang disederhanakan, dan Kurikulum Merdeka.

Kurikulum Merdeka memiliki beberapa keunggulan dibandingkan Kurikulum 2013. Keunggulan tersebut yaitu bagi peserta didik tidak ada program peminatan di SMA dan peserta didik memilih mata pelajaran sesuai dengan minat, bakat, dan aspirasinya. Bagi guru, mengajar sesuai dengan tahap capaian dan perkembangan peserta didik. Bagi sekolah, memiliki wewenang untuk mengembangkan dan mengelola kurikulum dan pembelajaran sesuai dengan karakteristik satuan pendidikan dan peserta didik. Selain itu, Kurikulum Merdeka lebih sederhana dan mendalam, juga fokus pada materi yang esensial dan pengembangan kompetensi peserta didik pada fasenya. Belajar menjadi lebih mendalam, bermakna, dan menyenangkan.

Para guru merasakan suasana belajar mengajar lebih nyaman. Dahulu, pada saat mengajar guru terbelenggu dengan kriteria lulusan minimal (KKM), sedangkan di Kurikulum Merdeka guru sangat menghargai proses dan juga pencapaian siswa dalam belajar. Di sini, guru bisa lebih fleksibel untuk berkreasi dalaman mengajar semaksimal mungkin.

Banyak perubahan yang terjadi di berbagai sekolah yang menerapkan Kurikulum Merdeka. Melalui Kurikulum Merdeka peserta didik lebih mempunyai kesempatan untuk mengetahui minat, bakat, kebutuhan dan kemampuannya melalui asesmen pembelajaran yang digunakan oleh guru untuk memetakan kebutuhan peserta didik. Guru dapat menyusun metode dan strategi pembelajaran yang sesuai dengan minat dan profil siswa. Ditambah pembelajaran kolaboratif bebentuk proyek bertujuan untuk mengembangkan Profil Pelajar Pancasila melalui pengalaman belajar.

Dari kenyataan lapangan, dapat disimpulkan bahwa Kurikulum Merdeka ini memberikan efek positif bagi pembelajaran Indonesia. Pertama, lebih relevan dan interaktif. Karena dengan kegiatan proyek, peserta didik diberikan kesempatan yang lebih luas untuk aktif mengeksplorasi isu-isu aktual untuk mendukung pengembangan karakter dan kompetensi Profil Pelajar Pancasila. Kedua, dukungan penerapan Kurikulum Merdeka untuk guru, kepala sekolah, dan Dinas Pendidikan yang berupa penyediaan perangkat ajar seperti buku, teks, dan bahan ajar pendukung. Selain itu, terdapat pelatihan dan penyediaan sumber belajar guru, kepala sekolah, dan pemerintah daerah serta jaminan jam mengajar dan tunjangan profesi guru. Ketiga, tersedianya tiga pilihan yang bisa diputuskan oleh satuan pendidikan tentang implementasi Kurikulu Merdeka pada Tahun Ajaran 2022/ 2023. Kunci keberhasilan sebuah perubahan kurikulum adalah jika kepala sekolah dan guru-gurunya memilih untuk melakukan perubahan tersebut. Maksudnya, tidak akan ada transformasi proses pembelajaran kalau kepala sekolah dan guru-gurunya merasa terpaksa.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline