Ketika dipenghujung bulan kehamilan, april 2019 silam. Minggu-minggu terakhir tersebut adalah minggu yang mengkhawatirkan buat istri saya. Banyak sebenarnya yang ia khawatirkan ketika ingin melahirkan, mulai dari takut sesar yang dampaknya bakal sakit fisik karena operasi dan sakit mental karena dibuly sama ibu-ibu lain, takut bayinya tidak sehat, dan takut air susu ibu [asi] tidak keluar.
Sebagai keluarga baru, saya sebagai suami dan calon ayah ketika itu berusaha untuk menenangkannya, salah satunya tentang asi ini. Dan syukurnya, sampai dua bulan pasca melahirkan produksi asi semakin lancar dan melimpah.
Dari berbagai referensi yang saya dapat, ditambah dengan pengalaman singkat menjadi ayah, setidaknya ada enam hal yang harus dilakukan seorang ayah untuk membantu produksi asi.
Sekali lagi, ini bukan catatan dari segi kedokteran, ini hanya catatan dari segi psikologi. Lagian, saya bukan alumni fakultas kedokteran, hanya sekedar mahasiswa yang suka diskusi dulunya.
Enam hal tersebut mudah banget kita lakukan, dengan catatan kita sebagai ayah dan suami mau merendahkan ego. Mindet sebagai suami, biasanya ingin dilayani.
Mulai dari urusan dapur hingga urusan yang itu-ituan. Komunikasi dalam keluarga bukan garis koordinasi/perintah layaknya atasan dan bawahan, tapi komunikasi keluarga adalah komunikasi tim. Dan inilah, ayah terlibat dalam urusan yang beginian.
Oh iya, hampir lupa. Ini dia enam hal yang harus dilakukan ayah agar produksi asi melimpah ruah dan berkah;
1. Mengucapkan atau memilih kalimat yang mengandung kata-kata positif selama istri berjuang memberikan asi.
``Ih, kok kamu ngasih asi gitu aja ga bisa, kamu sih dulu ketika hamil ga pernah makan yang bergizi`.
`Aduh, anak kita ko rewel banget sih, kamu bisa ga sih ngasih asi yang bener`.